Dalam cerpen ini, Eka Kurniawan memperlihatkan hubungan yang rumit antara kecantikan dan penderitaan. Meskipun Dewi Ayu memiliki kecantikan fisik yang memukau, kehidupannya penuh dengan
Sudah selayaknya kita memberikan kesempatan kepada setiap perempuan untuk memutuskan jalan hidup mereka, dengan terus memberikan dukungan penuh sebagai pasangan atau orang terdekat. Karena
Seorang yang lebih layak disebut penulis, pernah berkata bahwa membaca sama pentingnya dengan menulis, bagi yang mengaku dan suka menekuni dunia penulisan. Berdasarkan itu,
Diam, mengalir bersama hari yang selalu gelap dan terang. Diam hingga ditemukan sebuah hati. Hati yang sama sepinya. Kamu tetap diam, mencoba memecah dinding
Aku melihat semua orang bercakap di kafe-kafe tapi aku telah tuli, telingaku kehilangan fungsi, sebab ini begitu dingin dan sendiri, walau bibir merekah tertawa-tawa
Aku yang meledak-ledak dalam manusiaku, kemudian harus berupaya menahan murka, dan merasa tak berhak mengadili orang lain, segera, seketika, dan langsung di tampat.
Ibu pertiwi, di atasmu, ibuku menangisi tangisku. Semoga segalanya terijzabah, saat waktu memaksaku mengecupmu, Agustusku masih setengah matang.