TENTANGPUAN.com – Dalam momen peringatan Hari Pahlawan, Kota Kotamobagu meluncurkan sebuah buku sejarah yang mengungkap perlawanan masyarakat pedalaman Mongondow melawan pemerintah kolonial Belanda di awal abad ke-20.
Buku berjudul Perlawanan Rakyat di Pedalaman Mongondow Tahun 1902 ini mencatat kisah heroik masyarakat Mongondow dalam menghadapi penjajahan dan penindasan yang terjadi antara tahun 1901 hingga 1902.
Buku tersebut menggali asal-usul penyatuan kerajaan-kerajaan lokal, seperti Bolaang Mongondow, Bolaang Uki, Bolaang Itang, Kaidipang, dan Bintauna, dalam wilayah administrasi Afdeeling Bolaang Mongondow yang berpusat di Kota Baru, wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Kotamobagu.
Dalam buku ini, digambarkan bagaimana masyarakat Mongondow menentang kebijakan kolonial hingga akhirnya mengangkat senjata melawan Belanda, menunjukkan semangat juang dan nilai-nilai mototompiaan (kebersamaan), mototabiaan (keberanian), dan mototanoban (kebanggaan) yang terus dipegang teguh masyarakat setempat.
Murdiono Prasetio A. Mokoginta, penulis buku tersebut, menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Kota Kotamobagu atas dukungan yang diberikan dalam peluncuran buku ini.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Kotamobagu, khususnya Pj. Wali Kota dan Sekot, yang memberikan ruang untuk meluncurkan karya ini bertepatan dengan momentum Upacara Hari Pahlawan di Kota Kotamobagu. Konteks dan latar dalam peristiwa di buku ini memang di wilayah Kota Kotamobagu dan sekitarnya (dahulu disebut pedalaman Mongondow), karena itu momen launching tadi bagi saya sangat monumental,” ucapnya kepada Tentangpuan.com, Minggu, (10/11/2024).
Murdiono juga berharap pemerintah daerah dapat mendukung upaya pelestarian sejarah dan budaya lokal Bolaang Mongondow, melalui anggaran penelitian dan penyediaan buku-buku karya anak daerah di sekolah-sekolah.
“Semoga tahun depan Pemkot bisa menganggarkan penelitian sejarah dan kebudayaan lokal Bolaang Mongondow serta membeli karya-karya anak daerah untuk disebarkan di sekolah-sekolah dan mengisi ketersediaan koleksi buku lokal di perpustakaan daerah,” tambahnya.
Peluncuran buku ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman generasi muda terhadap sejarah lokal sekaligus memperingati jasa para pahlawan yang telah berjuang melawan penjajahan sejak sebelum Indonesia merdeka.
Peliput: Tri Deyna