Sosok dalam pengembaraan: inilah hidup!

Suatu sore di Tomohon bersama Andreas Harsono.
Suatu sore di Tomohon bersama Andreas Harsono dan Lusia Arumingtiyas, (Foto: Istimewa).

TENTANGPUAN.COM – “Rata-rata pembaca memiliki kosa kata yang lebih banyak daripada jurnalis yang rata-rata”. Kalimat diucapkan Andreas Harsono di suatu sore yang hebat di Tomohon itu, begitu kuat tertanam di ingatan saya.

Bagi saya, Andreas bukanlah orang baru. Sosoknya pernah terpampang di daftar mimpi-mimpi saya–sebagai orang yang harus dijumpai, seperti Papua yang harus dikunjungi, dan Indonesia yang harus dikelilingi.

Sederhana memang, namun sebagai jurnalis yang sempat mengalami degradasi, saya banyak terbantu dengan pemikiran-pemikiran beliau, terutama soal toleransi.

Saya beruntung. Tidak! Sebenarnya tidak seberuntung itu juga. Saya meyakini keberuntungan hanyalah milik orang lemah. Orang yang minim berjuang, dan tidak mau bersusah payah.

Setiap hari saya berusaha. Saya belajar, dan tidak menyerah terhadap nilai-nilai yang selama ini saya yakini. Memang, nilai-nilai tersebut tidak membuat saya kaya bergelimang harta, tapi bisa membuat hati bahagia.

Dalam pengembaraan di hidup saya, saya selalu percaya jika menulis bisa menyembuhkan. Lebih terdengar riuh suara sumbang untuk optimis dari seorang pesakitan yang menjadikan tulisan sebagai objek untuk merintih. Tapi seperti itulah saya melihat laiknya realitas dua arah antara menulis dan membaca. Selalu bersama, erat, seerat sedih dan bahagia: inilah hidup.

Kontempalasi atas aturan itu semua kemudian membawa dorongan bagi saya untuk berani bilang: belajar, berusaha memperbaiki cara menulis membawa saya bukan hanya sembuh, hidup lagi dan lebih dekat dengan mimpi, tapi bisa mewajudkannya.