Sejarah Awal Mula Ecofeminisme: Gerakan yang Menyatukan Feminisme dan Lingkungan

Ilustrasi generate by canva.
Ilustrasi generate by canva.

TENTANGPUAN.com – Ecofeminisme adalah gerakan yang menghubungkan isu-isu ekologi dan feminisme, mengkritik penindasan terhadap alam yang terkait dengan penindasan terhadap perempuan.

Berakar dari pemikiran kritis terhadap patriarki dan eksploitasi alam, ecofeminisme berkembang pada akhir abad ke-20 sebagai respons terhadap masalah lingkungan yang semakin serius.

Gerakan ini menyoroti bagaimana dominasi terhadap perempuan dan eksploitasi alam saling terkait dalam sistem sosial, ekonomi, dan politik global.

Latar Belakang Pemikiran

Ecofeminisme berasal dari pemikiran bahwa ada hubungan yang erat antara penindasan terhadap perempuan dan eksploitasi alam. Gagasan ini dipengaruhi oleh dua teori utama:

Feminisme

Mengacu pada perjuangan perempuan melawan ketidakadilan gender, patriarki, dan diskriminasi berbasis seks. Feminisme sejak awal menyoroti bagaimana perempuan sering ditempatkan dalam peran subordinat dan dieksploitasi di berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, dan budaya.

Gerakan Lingkungan

Gerakan ini muncul pada 1960-an sebagai reaksi terhadap krisis lingkungan seperti polusi, deforestasi, dan perubahan iklim. Para aktivis lingkungan menentang eksploitasi alam yang tidak berkelanjutan dan menyuarakan pentingnya harmoni dengan alam.

    Awal Mula Istilah ‘Ecofeminisme’

    Istilah ecofeminisme pertama kali diperkenalkan oleh penulis dan feminis Prancis, Françoise d’Eaubonne, dalam bukunya Le Féminisme ou la Mort yang diterbitkan pada tahun 1974.

    Dalam karyanya, d’Eaubonne menegaskan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam perjuangan melawan kehancuran lingkungan karena hubungan mereka yang lebih dekat dengan alam.

    Ia juga menekankan bahwa sistem patriarki yang menindas perempuan sama dengan sistem yang mengeksploitasi sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab.

    Perkembangan Awal di Dekade 1970-an dan 1980-an

    Pada dekade 1970-an dan 1980-an, ecofeminisme mulai tumbuh di berbagai negara, terutama di kalangan feminis dan aktivis lingkungan. Beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi perkembangan ecofeminisme pada masa itu meliputi:

    Gerakan Chipko di India

    Pada awal 1970-an, perempuan di pedesaan Uttarakhand, India, memimpin protes damai terhadap penebangan pohon secara massal. Gerakan ini, dikenal sebagai Chipko Movement, melihat perempuan sebagai penjaga utama alam karena ketergantungan mereka pada sumber daya alam untuk kehidupan sehari-hari. Gerakan ini menunjukkan bagaimana perempuan sering berada di garis depan dalam perjuangan lingkungan.

    Protes Terhadap Penggunaan Racun dan Limbah Industri

    Di Amerika Serikat, banyak perempuan yang memimpin gerakan melawan pencemaran air dan tanah akibat limbah industri. Salah satu contoh terkenal adalah aktivis Lois Gibbs, yang memimpin perjuangan di Love Canal, New York, pada akhir 1970-an. Kasus ini menjadi simbol betapa pentingnya suara perempuan dalam melawan pencemaran lingkungan yang merusak kesehatan masyarakat.

    Aktivis Feminisme Ekologis di Afrika dan Amerika Latin

    Di wilayah-wilayah seperti Afrika dan Amerika Latin, ecofeminisme juga tumbuh sebagai gerakan yang melawan perusakan lingkungan akibat korporasi multinasional yang mengeksploitasi tanah dan sumber daya alam. Perempuan sering menjadi yang paling terdampak dari kebijakan lingkungan yang merusak, sehingga mereka memainkan peran penting dalam gerakan perlawanan.

      Ecofeminisme sebagai Kritik terhadap Patriarki dan Kapitalisme

      Ecofeminisme berkembang tidak hanya sebagai respons terhadap masalah ekologi tetapi juga sebagai kritik terhadap kapitalisme dan patriarki yang sering saling terkait dalam mendominasi alam dan perempuan. Menurut pemikiran ecofeminisme, sistem patriarki mempromosikan dominasi, hierarki, dan eksploitasi, yang diterapkan baik pada perempuan maupun alam.

      Ecofeminisme melihat perempuan sebagai kelompok yang paling rentan terhadap dampak buruk dari eksploitasi lingkungan, karena mereka sering bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga dan komunitas.

      Kapitalisme, dalam pandangan ecofeminisme, dianggap mendorong konsumsi berlebihan dan eksploitasi sumber daya alam, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat.

      Tokoh-tokoh Penting dalam Gerakan Ecofeminisme

      Selain Françoise d’Eaubonne, ada beberapa tokoh penting yang turut memajukan pemikiran ecofeminisme, di antaranya:

      Vandana Shiva

      Seorang ilmuwan dan aktivis asal India, Shiva adalah salah satu tokoh terkemuka dalam ecofeminisme. Ia memperjuangkan hak-hak perempuan pedesaan dan menolak praktik agribisnis yang merusak tanah dan keberagaman hayati. Dalam bukunya Staying Alive (1988), Shiva menggambarkan bagaimana perempuan pedesaan memiliki pengetahuan ekologis yang mendalam dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan alam.

      Maria Mies

      Seorang sosiolog feminis dari Jerman, Maria Mies mengkritik dampak kapitalisme global terhadap perempuan dan alam. Dalam bukunya Ecofeminism (1993) yang ditulis bersama Vandana Shiva, ia menegaskan bahwa eksploitasi terhadap alam dan perempuan saling terkait dalam konteks kolonialisme dan kapitalisme.

      Carolyn Merchant

      Dalam bukunya The Death of Nature (1980), Merchant menggali sejarah bagaimana dominasi alam dikaitkan dengan dominasi terhadap perempuan, khususnya dalam konteks ilmiah dan teknologi modern. Merchant berpendapat bahwa Revolusi Ilmiah abad ke-17 mengubah cara pandang manusia terhadap alam, dari sesuatu yang dihormati menjadi sesuatu yang dieksploitasi.

        Pengaruh Ecofeminisme di Era Kontemporer

        Seiring berjalannya waktu, ecofeminisme terus berkembang dan mempengaruhi banyak gerakan sosial, baik dalam hal advokasi lingkungan maupun hak-hak perempuan. Pada abad ke-21, ecofeminisme berperan dalam isu-isu seperti perubahan iklim, keadilan lingkungan, dan hak-hak komunitas adat.

        Pandangan ecofeminisme menekankan bahwa solusi untuk krisis lingkungan global harus mempertimbangkan keadilan sosial, khususnya keadilan gender.

        Ecofeminisme juga menginspirasi munculnya gerakan intersectional environmentalism, yang menyoroti hubungan antara kerusakan lingkungan dan berbagai bentuk ketidakadilan, termasuk rasisme, kolonialisme, dan kapitalisme.

        Jadi, sahabat puan, ecofeminisme adalah sebuah gerakan yang menghubungkan perjuangan feminis dengan masalah ekologi, mengkritik sistem patriarki dan kapitalisme yang mendominasi alam dan perempuan.

        Dimulai pada 1970-an, ecofeminisme terus relevan dalam advokasi keadilan lingkungan dan sosial hingga saat ini. Gerakan ini mengajarkan bahwa untuk mencapai dunia yang lebih adil dan berkelanjutan, kita perlu memerangi penindasan dalam berbagai bentuknya, baik terhadap perempuan maupun alam.

        Leave a Reply

        Your email address will not be published.