Dalam cerpen ini, Eka Kurniawan memperlihatkan hubungan yang rumit antara kecantikan dan penderitaan. Meskipun Dewi Ayu memiliki kecantikan fisik yang memukau, kehidupannya penuh dengan
Di kedalaman cangkirku
debur ombak menyingkir
orang-orang meracaukan opini
Bahwa, tuntutan atas beban dan tertanggung jawab atas sebuah hubungan yang tidak sehat bukanlah pekerjaan perempuan. Termasuk juga, perempuan tidak boleh memposisikan diri mereka
Saya berada di sana, dan saya hidup cuma sekali. Sehingga saya memungkinkan diri, menyukai pinggiran, dan kehampaan, di mana hidup harus dijalani.
Dan, bagaimana aku memandang keberanian sebagai sifat yang ingin kuinjeksikan ke pembuluh nadiku. Menyatui tubuh kasat dan kepengecutan stadium lanjutku. Benarkah dengan mengikuti keinginan,
Akhirnya, dari sini banyak orang bisa belajar, bahwa untuk memanusiakan manusia, harus diperlukan manusia-manusia bercinta kasih, yang mampu melihat dari hati bukan sekadar materi.
"Seorang Darwinis sosial mengatakan padaku: Kalau kau begitu pintar, mengapa kau tidak kaya?"
