Cerita Ain Tane Menjadi Seorang ‘Debt Collector’ Perempuan dan Tantangan di Lapangan

Ain Tane, salah seorang kolektor lapangan, (Foto: TENTANGPUAN.com/Tri Deyna).
Ain Tane, salah seorang kolektor lapangan, (Foto: TENTANGPUAN.com/Tri Deyna).

TENTANGPUAN.com – Ain Tane, seorang perempuan berusia 21 tahun asal Gorontalo, telah bekerja sebagai debt collector di PT Permodalan Nasional Madani (PNM) selama tiga tahun. Berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Pegadaian, Ain menghadapi tantangan besar saat menjalankan tugasnya di lapangan.

“Kebanyakan nasabah yang torang pigi akang (kami datangi), dorang nimau bstor (mereka tidak mau mebayar storan) karena dorang nd ada doi (mereka tidak ada uang),” ungkap Ain, menggambarkan salah satu kendala utama yang ia hadapi.

Sebagai kolektor, Ain bertugas mengingatkan nasabah yang memiliki tunggakan untuk melengkapi berkas agar dapat mengurangi jumlah tunggakan mereka. Namun, respons yang diterima tidak selalu positif. Beberapa nasabah bahkan memberikan reaksi keras.

“Nasabah so (sudah) bermasalah, torang moba (kami akan) minta berkas bagitu (begitu), jadi dorang moba (mereka akan) marah. Padahal, torang cuman bminta (kami hanya meminta) berkas supaya dorang penama (nama mereka) itu, tunggakan garansi mota kurang sadiki (berkurang sedikit),” jelasnya.

Ain mengungkapkan bahwa tak jarang ia dan rekan-rekannya menghadapi situasi sulit hingga ancaman fisik.

Mar dorang moba pukul (Tapi mereka memukul). Kita petangan, dorang ada seputar (tangan saya diputar),” katanya, menggambarkan situasi genting yang sering ia alami.

Meski demikian, Ain tetap berusaha menyelesaikan tugasnya dengan pendekatan yang baik.

Torang moba cerita bae-bae, mar dorang so jaga ba karas dari dorang kira torang moba apa (Kami mau bicara baik-baik, tapi mereka sudah bersikeras sebab mereka pikir kami akan melakukan lebih),” tambahnya.

Ain berharap para nasabah dapat memahami posisi para debt collector yang hanya menjalankan tanggung jawab pekerjaan mereka.

Torang pe harapan (harapan kami), semoga ada nasabah yang ba karas ptorang itu nasabah mo dapa proses supaya torang aman moba karja (nasabah yang berbuat lebih mendapat proses hukum agar kami aman dalam berkerja). Semoga dorang mobaku mangarti no (semoga mereka mengerti), soalnya torang ini lagi moba tagi cuman (kami menagih) karena tuntutan pekerjaan,” tuturnya dengan nada harap.

Di tengah berbagai tantangan, Ain tetap berkomitmen menjalankan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab.

Depe tantangan itu mo jalani jo mo barat deng tidak. Salah-salah no ada bakarja, ( Tantangannya berat atau tidak ya dijalani saja, daripada tidak ada pekerjaan,” ucapnya mengakhiri pernyataannya.

Kisah Ain mencerminkan realitas para debt collector di lapangan yang sering kali berada di posisi sulit, di antara tuntutan perusahaan dan kondisi ekonomi masyarakat yang belum stabil.

Ia berharap pemahaman dan komunikasi yang baik dapat menjadi jalan tengah untuk menyelesaikan masalah dengan lebih harmonis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.