Penting Menyadari dan Berhenti Melakukan Shaming

Shaming
Ilustrasi, (Foto: Pexels).

TENTANGPUAN.COM – Setiap manusia diberikan karunia, serta kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Hal ini membuat kita tampak berbeda di beberapa bagian yang meliputi, sifat, fisik, dan karakter.

Bagian-bagian ini yang kemudian bagi sebagaian orang dijadikan objek untuk shaming. Shaming adalah celaan atau cemoohan, yang mencakup penampilan fisik, kemampuan seseorang, serta pilihan-pilihan yang seseorang ambil dalam hidupnya.

Shaming yang paling sering dibicarakan antara lain adalah body shaming dan slut shaming; selain merendahkan orang lain, ini juga membuat orang yang dicemooh merasa buruk. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan singkat bentuk-bentuk shaming yang harus mulai disetop dari sekarang ini, yuk!

  1. Penampilan
    Ini termasuk warna kulit, masalah kulit seperti jerawat, bentuk tubuh, dan pemilihan pakaian yang dikenakan orang lain. Sering masyarakat dengan mudahnya melontarkan panggilan-panggilan tertentu untuk mencandai orang-orang bertubuh gemuk, bahkan terang-terangan menyuruh untuk diet agar kurus. Jangan sampai mengucapkan kata-kata serupa, deh!
  2. Selera musik atau film
    Kalau kata Pierre Bordieu di karyanya yang berjudul Distinction, selera kita itu adalah intoleransi yang mendalam terhadap selera orang lain. Tak heran jika kita terdorong untuk menganggap rendah selera orang dalam hal musik, film, atau bahkan makanan. Padahal selera itu terbentuk dari beragam faktor, lho, termasuk pengalaman hidup (yang bisa jadi tidak mudah). Jadi nggak perlu, ya, mengkritisi selera orang lain untuk melegitimasi bahwa selera kita lebih baik darinya.
  3. Orang yang melajang
    Banyak orang tanpa sadar melakukan single shaming atau mencemooh orang yang melajang. Misalnya dengan menanyai kapan akan menikah, menyuruh untuk segera menemukan kekasih, atau sekadar nyeletuk dengan nada kepo ‘kenapa, sih, kamu masih jomblo aja?’.
  4. Maskulinitas dan feminitas
    Laki-laki yang memakai baju warna pink atau menunjukkan sisi lembutnya dianggap kurang macho, atau perempuan berotot dianggap seperti laki-laki, itu termasuk shaming dalam hal maskulinitas. Wah, untungnya generasi sekarang ini lebih terbuka, ya, menerima sikap orang lain yang menyikapi gender dengan lebih cair. Semoga Anda termasuk juga, ya!
  5. Slut shaming dan seksualitas
    Slut shaming misalnya mengatai perempuan ‘murahan’ atau semacamnya. Kebiasaan melakukan slut shaming ini datang dari kepercayaan lama yang melihat bahwa perempuan itu tidak seharusnya menikmati kegiatan seksual, atau bersikap aktif dalam hal percintaan. Hmmm… di zaman ketika orang bebas membuat pilihannya sendiri seperti ini rasanya justru nggak banget, lho, mengatai perempuan dengan sebutan yang mencemooh seperti itu.
  6. Kesehatan mental
    Di tahun 2021 ini, kesehatan mental yang sedang perlu dipulihkan masih dianggap stigma. Cap seperti ‘gila’ atau ‘tak waras’ itu membuat orang yang mengalaminya merasa buruk, lho. Belum lagi kalau sampai dijauhi dan diolok-olok. Akibatnya mereka yang mengalami gangguan psikis merasa malu untuk mengunjungi psikiater atau psikolog, padahal itulah yang mereka perlukan untuk pulih.
  7. Karier dan keuangan
    Menjadi anak muda di masa sekarang memang banyak tuntutannya, salah satunya menjadi sukses di usia tertentu, dengan uang sebagai tolok ukurnya. Kalau tak mencapainya, shaming pun menghantui. Misalnya adalah ketika yang lebih ‘sukses’ meremehkan yang tak sesukses dirinya karena menganggap kurang berusaha keras, padahal ada faktor privilege juga dalam ‘sukses’ yang ia raih.

Womantalk.com

Leave a Reply

Your email address will not be published.