Keanggunan Perempuan Mopugad dalam Balutan Pakaian Adat Acara Keagamaan

/
Foto: Marshal Datundugon

TENTANGPUAN.COM – Seperti halnya umat Hindu di belahan dunia lain, umat Hindu di desa Mopugad, Kecamatan Dumoga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, mulai melakukan rangkaian upacara jelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943.

Ritual upacara Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian, dilakukan mulai dari 1-2 sebelum hari raya, sampai 1 hari setelahnya. Biasanya hari pertama dilaksanakan ritual Melasti, selain itu, ritual seperti Kesangan, Caru, Pengrupukan, dan Ogoh-ogoh dilakukan sampai akhirnya puncak Nyepi. Pada hari Nyepi, umat Hindu melaksanakan catur brata Nyepi, yaitu meliputi: amati geni (tidak menyalakan api atau menghidupkan lampu), amati karya (menahan diri dari semua kegiatan), lelungan amati (tinggal di rumah dan tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak terlibat dalam kegiatan menyenangkan diri /nafsu sendiri). Kemudian, akan dilakukan upacara Ngembak Geni dan Dharma Canthi sehari setelah Nyepi.

Kemeriahan Nyepi tak lepas dari peran perempuan yang memberikan nuansa kekhidmatan. Dibalik semua ritual Nyepi, sosok perempuan menjadi sangat dekat dengan segala persiapan yang ada. Biasanya para perempuan sudah terlibat sejak persiapan sesajian dan gunungan.

Selain itu, pakaian adat yang dikenakan perempuan saat upacara jelang Nyepi menarik untuk diketahui filosofinya. Dari pakaian adat yang dikenakan, bisa diketahui status ekonomi dan perkawinannya. Setidaknya terdapat tiga jenis pakaian adat yang biasa dikenakan. Pertama, pakaian untuk acara keagamaan. Kedua, pakaian untuk acara perkawinan. Ketiga, pakaian untuk sehari-hari.

Dalam balutan pakaian adat, keanggunan perempuan Hindu di Mopugad bisa terlihat. Umat Hindu Mopugad dan yang ada di beberapa wilayah Dumoga, notabene merupakan trasmigrasi dari pulau Bali, sehingga para perempuan memakai pakaian adat serupa di Bali.

Pakaian adat ini berupa kebaya, selendang, kain batik bali sebagai bawahan dan kipas sebagai perlengkapan. Tak Cuma itu, pemakaian sanggul oleh perempuan ketika ke pura juga menyiratkan sebuah makna.

Terdapat dua bentuk tata rias dan pakaian adat bali yang digunakan para perempuan. Hal ini menandakan tingkat kedewasaan mereka. Remaja putri biasanya memakai (sanggul) pusung gonjer, sedangkan perempuan dewasa yang sudah menikah mengenakan (sanggul) pusung tagel.

Pada umumnya pakaian adat bali bagi wanita adalah Gelung (sanggul), Kain wastra, Sesenteng (kemben songket), Sabuk prada (Stagen) yang digunakan dengan cara membelit pinggul dan dada. Beragam ornament perhiasan, Kain tapih atau sinjang di bagian dalam. Serta selendang songket bahu ke bawah sebagai pelengkap, biasanya juga menggunkan kebaya, kain penutup dada serta alas kaki.

Leave a Reply

Your email address will not be published.