Vaginismus, stigma dan trauma perempuan

huffpost.com

TentangPuan.com – Berhubungan seks menjadi kebutuhan dalam diri manusia. Hal ini karena manusia dikarunia akal, pikiran, juga hawa nafsu. Asalkan sesuai keinginan, berhubungan seks bisa membuat seseorang senang dan bersedia melakukannya.

Meski demikian, ada 7 sampai 17 persen perempuan di dunia yang mengalami kondisi medis, yang membuat mereka kesulitan bahkan trauma berhubungan seks. Kondisi medis ini disebut vaginismus.

Vaginismus merupakan suatu disfungsi seksual yang terjadi pada vagina. Otot vagina akan mengetat atau mengejang ketika mendapatkan sentuhan pada area vagina. Hal ini bisa menjadi masalah besar bagi psikologis penderita dan pasangannya, jika tidak diatasi.

Disfungsi seksual dapat menghambat seseorang ketika ingin menikah dan membangun sebuah rumah tangga, serta dapat membuat seseorang menjadi tidak percaya diri dalam menjalani suatu hubungan.
Belum lagi, stigma dan kecenderungan pada posisi perempuan yang harus melayani suami. Akan menimbulkan perasaan berosa, dan tidak utuh dalam diri perempuan yang mengalaminya.

Secara umum, gejala vaginismus timbul tergantung pada tingkat keparahan yang cukup beragam, mulai dari rasa sakit saat penetrasi, rasa sakit bahkan saat memasang tampon, hingga kesulitan bernapas dan kejang otot saat penetrasi akibat ketakutan.

Penyebab vaginismus bersifat multifaktorial. Namun vaginismus paling sering disebabkan oleh psikoseksual, dan juga dapat disebabkan adanya trauma pelecehan atau mendapatkan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), pernah melihat teman yang mengalami pemerkosaan, serta aborsi.

Walau bisa sembuh, pencegahan khusus vaginismus belum ditemukan, namun dianjurkan untuk sebaiknya dilakukan konseling pra-nikah. Keterbukaan dan pengertian pasangan akan sangat penting dalam berjuang melawan vaginismus.

Leave a Reply

Your email address will not be published.