TENTANGPUAN.COM – Hari mulai sore, burung yang bersorak pulang tampak seperti iring-iringan mengantar perahu-perahu nelayan di Desa Bulutui, Kecamatan Likupang Barat, Minahasa Utara. Mereka boleh bergembira, di sini hasil tangkapan masih melimpah ruah.
Memang, bukan rahasia lagi jika pesisir Minahasa adalah surga bagi penikmat ikan laut. Di sini, harga ikan-ikan masih relatif murah jika dibandingkan dengan ikan yang sudah dijual di rumah-rumah makan ikan bakar.
Keadaan ini bukan tanpa alasan. Hampir sama di semua laut yang ada di penjuru dunia, bentangan laut pesisir Minahasa juga mengalami degradasi akibat pencemaran lingkungan yang berakibat pada penurunan populasi ikan. Tapi, kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikannya kian tumbuh.
Alam yang terjaga inilah yang memberi berkah tak terhingga bagi warga. Laut biru, terumbu karang mendapat perlindungan bagus, terutama setelah kehadiran NGO yang bergerak pada konservasi. Yapeka misalnya, hadir dengan konsep Rumah Boboca, memberi pendampingan tentang pentingnya menjaga kelestarian bawah laut, terutama tingkat produksi gurita.
Nelayan yang tadinya menangkap ikan dengan cara melakukan pengeboman sehingga membuat karang rusak, akhirnya sekarang memilih berhenti. Mengganti metode tangkap yang lebih ramah lingkungan. Dan terbukti, meski dengan cara tangkap tradisional, mereka mendapat berkah hampir setiap hari.