TENTANGPUAN.COM – Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat pada masa pandemi, membuat anak banyak yang tergantung pada gadget, apalagi saat pemberlakukan pembatasan sosial yang mengharuskan kita berada di dalam rumah.
Anak kecanduan gadget menjadi PR besar yang muncul selama pandemi COVID-19. Paparan gadget menjadi sangat sulit dihindarkan karena perubahan aktivitas yang terjadi selama 1,5 tahun belakangan.
Anak-anak yang biasanya melakukan kegiatan di luar rumah, mulai dari sekolah hingga bermain, kini harus berada di rumah saja. Mau tak mau, penggunaan gadget pun meningkat di semua rentang usia dan terjadi di mana-mana, Bunda.
Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini menjadi keresahan banyak orang tua. Apakah ini wajar? Jawabannya iya.
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa selama pandemi ini, dibutuhkan sikap yang lebih bijak dalam menyikapi pemakaian gadget. Durasi pemakaian tidak lagi menjadi indikator tunggal untuk menentukan apakah gadget sehat atau tidak bagi anak.
Orangtua juga perlu melihat aspek lain seperti manfaat yang bisa didapatkan, perubahan emosi anak, hingga kualitas relasi sosial anak dengan lingkungan sekitarnya. Apakah paparan gadget berpengaruh besar pada perkembangan tumbuh kembangnya?
Tanda anak kecanduan gadget
Nah, agar tidak hanya menduga-duga, berikut beberapa indikasi penggunaan gadget sudah tidak sehat: Digunakan secara berlebihan sehingga menghambat keberfungsian anak sehari-hari, seperti mengakibatkan mereka tidak mau makan, tidak mau mandi, hingga tidurnya jadi larut malam.
Digunakan hanya untuk bersenang-senang/hiburan tanpa ada pemaknaan lain dari pemakaian gadget. Misal, hanya menonton video YouTube atau hanya bermain games sebagai hiburan.
Menyebabkan perubahan mood secara umum ke arah yang negatif. Orangtua sudah harus waspada jika anak jadi sering marah, ketergantungan pada gadget untuk meredakan emosi tertentu, misalnya saat sedih, hanya akan tenang jika diberi YouTube.
Menghambat relasi sosial anak dengan orang lain, baik secara online maupun offline.
9 Tanda anak terindikasi kecanduan gadget menurut Diagnostic Statistic Manual 5 (DSM-5)
Untuk menentukan apakah perilaku pemakaian gadget anak sudah termasuk kecanduan atau belum, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, Bunda. Bukan hanya dalam hal durasi saja, karena sebaiknya orangtua juga memerhatikan perubahannya selama 1 tahun terakhir.
Perlu diketahui nih, dalam Diagnostic Statistic Manual 5 (DSM-5), diagnosa Internet Gaming Disorder atau yang juga sering disebut sebagai Internet use disorder, Internet addiction, atau gaming addiction, dapat ditegakkan jika seseorang menunjukkan 5 atau lebih gejala berikut selama 12 bulan terakhir:
Terobsesi dengan internet dan game. Anak akan terus-menerus memikirkan apa yang terakhir ia mainkan, hal-hal yang diakses terakhir kali di internet, atau tidak sabar untuk segera mengakses game dan internet. Internet atau game menjadi aktivitas dominan dalam kesehariannya.
Anak menunjukkan perubahan emosi ketika tidak bisa mengakses internet atau game, seperti marah, cemas, dan sedih.
Meningkatnya toleransi dan durasi penggunaan internet atau game. Saat anak-anak mulai menambah durasi pemakaian gadget untuk mengakses internet maupun bermain game. Jika awalnya sebentar dan lama-lama menjadi lebih lama, harus segera melakukan tindakan.
Tidak berhasil mengendalikan dorongan untuk menggunakan internet atau game.
Kehilangan ketertarikan untuk melakukan hobi atau kegiatan hiburan lain, selain penggunaan internet atau game.
Tetap menggunakan internet atau game, meskipun sudah mengetahui bahwa hal tersebut menyebabkan permasalahan psikososial bagi yang bersangkutan.
Berbohong kepada anggota keluarga, terapis, orang terdekat untuk menutupi durasi pemakaian internet atau game.
Menggunakan internet atau game sebagai pelarian dari perasaan-perasaan negatif. Misalnya, bermain game untuk menghilangkan rasa cemas.
Penggunaan internet atau game merusak atau menyebabkan seseorang kehilangan hubungan sosial dengan orang lain, pekerjaan, pendidikan, atau kesempatan berkarya. Jika anak terindikasi memiliki gejala sesuai kriteria di atas, maka segera konsultasikan kepada ahlinya ya, bisa ke psikolog anak atau psikiater.
Sumber: Haibunda.com