Self-Love adalah Hak, Bukan Narsisme

Ilustrasi, (Grafis: Non).

TENTANGPUAN.com – Self-love dan narsistik sering kali disalahpahami, terutama dalam diskursus feminis yang mendorong perempuan untuk mencintai diri mereka sendiri tanpa merasa egois. Self-love bukan sekadar rasa percaya diri; ia adalah penghargaan yang seimbang terhadap diri sendiri, termasuk mengenali kekuatan dan keterbatasan, merawat kesehatan mental dan fisik, serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Orang yang mencintai dirinya sendiri secara sehat mampu menetapkan batasan yang adil, menerima kritik sebagai peluang tumbuh, dan tetap memiliki empati terhadap pengalaman orang lain– sesuatu yang penting dalam konteks pemberdayaan perempuan dan solidaritas sosial.

Sebaliknya, narsistik bukanlah bentuk self-love yang “berlebihan”, melainkan pola kepribadian yang berfokus pada citra diri yang ideal dan kebutuhan validasi eksternal yang terus-menerus.

Individu dengan kecenderungan narsistik cenderung memandang diri mereka lebih unggul dari orang lain, haus pengakuan, dan kurang kemampuan empati terhadap perasaan orang lain.

Ciri-ciri ini kontradiktif dengan prinsip feminism yang menekankan keterhubungan, empati, dan keadilan dalam hubungan interpersonal.

Sebaliknya, narsistik bukanlah bentuk self-love yang “berlebihan”, melainkan pola kepribadian yang berfokus pada citra diri yang ideal dan kebutuhan validasi eksternal yang terus-menerus.

Individu dengan kecenderungan narsistik cenderung memandang diri mereka lebih unggul dari orang lain, haus pengakuan, dan kurang kemampuan empati terhadap perasaan orang lain.

Ciri-ciri ini kontradiktif dengan prinsip feminism yang menekankan keterhubungan, empati, dan keadilan dalam hubungan interpersonal.

Sebuah penelitian lain yang dilakukan pada perempuan dewasa awal pengguna media sosial TikTok di Universitas Negeri Malang memperlihatkan bahwa semakin tinggi penerimaan diri (self-acceptance), semakin rendah kecenderungan narsistik pada responden perempuan.

Temuan ini memberikan bukti empiris bahwa memiliki self-love atau penerimaan diri yang kuat dapat mengurangi kecenderungan narsistik yang fokus pada pencarian validasi eksternal, suatu dinamika yang sering muncul di era media sosial.

Perbedaan antara self-love dan narsistik sangat penting dalam konteks pemberdayaan perempuan.

Self-love adalah praktik yang mendorong perempuan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan emosional mereka tanpa mengorbankan orang lain, sedangkan narsistik mencerminkan respons psikologis yang seringkali defensif dan berorientasi pada citra.

Mengidentifikasi kedua hal ini dengan tepat membantu memperkuat narasi feminis bahwa mencintai diri sendiri bukanlah tindakan egois atau narsis, melainkan bagian dari kesehatan mental yang memungkinkan perempuan membangun relasi yang lebih adil, empatik, dan berkelanjutan dalam masyarakat.

Sumber: InfoYouTrust — perbedaan self-love dan narcissism secara psikologi. Vocal.Media — definisi dan ciri masing-masing. Self-Esteem and Narcissism: An Item Response Theory Analysis (ScienceDirect).Jurnal Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kecenderungan Narsistik Perempuan Dewasa Awal.