Perempuan Desa Adow Ambil Peran dalam Menjaga Alam Lewat Agroforestri Berkelanjutan

Sejumlah perempuan di Desa Adow ikut pelatihan mempraktikkan teknik agroforestri di Desa Adow, Kecamatan Pinolosian Tengah, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sabtu, 25 Oktober 2025, (Foto: Rizal TN).

TENTANGPUAN.com – Beberapa perempuan di Desa Adow, Kecamatan Pinolosian Tengah, turut serta dalam pelatihan pengembangan agroforestri yang digagas oleh Wildlife Conservation Society (WCS) bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Sabtu (25/10/2025).

Pelatihan ini bukan sekadar ajang belajar teknik bertani, tetapi juga ruang bagi perempuan desa untuk mengambil peran dalam menjaga kelestarian alam di sekitar mereka.

“Kami berharap warga dapat melindungi kawasan ini, karena selain menjaga kelestarian alam, kegiatan ini juga memberi peluang ekonomi bagi masyarakat,” ujar Sangadi (Kepala Desa) Adow, Amirudin T. Podomi.

Bagi banyak perempuan di Adow, hutan bukan hanya hamparan pohon, tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari sana mereka mengambil hasil kebun, kayu bakar, hingga sumber air.

Karena itu, ketika pelatihan agroforestri hadir, mereka merasa punya tanggung jawab untuk belajar menjaga apa yang selama ini memberi kehidupan.

“Kalau hutan rusak, kami juga yang susah. Jadi kami mau belajar supaya bisa tanam dengan cara yang tidak merusak,” tutur salah satu peserta pelatihan yang kini mulai mencoba menanam pohon di kebun miliknya.

Materi pelatihan disampaikan oleh Dani Rogi sebagai narasumber utama WCS, didampingi Ramli Azwar dari Community Development WCS, serta trainer Zainudin dan Parman.

Mereka memberikan pembekalan teori dan praktik langsung tentang sistem agroforestri yang ramah lingkungan dan memberi hasil ekonomi.

Menurut Supriyadi Nurhamidin, perwakilan Camat Pinolosian Tengah, keterlibatan perempuan dalam kegiatan konservasi menjadi faktor penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem.

“Perempuan punya kedekatan alami dengan lingkungan. Keterlibatan mereka membuat program seperti ini lebih kuat dan berkelanjutan,” ujarnya.

Meski pelatihan berlangsung lancar, sempat muncul keluhan dari beberapa warga yang belum diundang mengikuti kegiatan. Sangadi Amirudin menanggapi hal itu dengan memastikan ada sesi lanjutan yang lebih inklusif.
“Pelatihan kali ini difokuskan bagi warga yang belum pernah ikut kegiatan serupa. Kami pastikan mereka yang belum terlibat akan diikutsertakan pada sesi berikutnya,” jelasnya.

Kini, perempuan-perempuan Desa Adow mulai menanam dengan cara baru—mengombinasikan tanaman hutan dan tanaman pangan di lahan mereka. Mereka belajar bahwa menjaga alam bukan berarti kehilangan penghasilan, melainkan menemukan cara baru untuk hidup berdampingan dengan hutan.

Di sela tawa dan percakapan ringan, mereka menanam bibit sambil menanam harapan: agar hutan tetap hijau, satwa tetap aman, dan kehidupan di Desa Adow terus tumbuh—bersama tangan-tangan perempuan penjaga bumi.