TENTANGPUAN.com – Winda Mohi, (31), seorang guru di SMP Negeri SATAP Apado, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), menunjukkan dedikasi luar biasa dalam mengajar anak-anak di daerah pelosok.
Sejak 2017, Winda telah mengabdi di daerah yang penuh tantangan dan keterbatasan, dengan keinginan kuat untuk membantu anak-anak agar mendapatkan pendidikan yang layak.
Perjalanan penuh tantangan
Setiap hari Senin hingga Jumat, Winda harus menempuh perjalanan panjang menggunakan sepeda motor dari Kelurahan Gogagoman Kota Kotamobagu menuju Apado. Apado adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Bilalang, Bolmong, Provinsi Sulawesi Utara. Desa ini cukup susah untuk dijangkau.
“Suka duka itu kalau soal aktivitas ke sana kemari, hujan dengan musim angin kan lewat hutan-hutan. Meskipun saya pakai jas hujan, tetap saja basah,” ungkap Winda.
Meski hanya membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 25 menit, perjalanan yang harus ditempuhnya tidak mudah, terutama dengan medan yang sulit dan cuaca ekstrem.
Winda mengungkap bahwa dirinya bahkan sudah pernah mengalami tiga kali kecelakaan kecil selama perjalanan, namun ia tetap teguh menjalankan tugasnya.

Keterbatasan fasilitas dan seragam sekolah
Keterbatasan fasilitas dan sumber daya di daerah tersebut membuat anak-anak di sekolahnya terkadang hanya bisa menggunakan seragam seadanya.
“Ada satu anak yang seragam sekolahnya dibeli oleh kakak saya. Dari pihak sekolah, kami tidak memaksa mereka untuk membeli perlengkapan sekolah,” jelas Winda.
Meskipun demikian, semangat belajar anak-anak di Apado tidak pernah pudar, meski mereka kekurangan perlengkapan yang memadai.
Menurut Winda, meskipun Kurikulum Merdeka yang diterapkan oleh pemerintah memiliki tujuan yang baik, hal itu sulit diaplikasikan di daerah pedalaman.
Keterbatasan fasilitas menjadi hambatan besar dalam menerapkan kurikulum ini secara efektif.
Sebagai langkah untuk mengatasi masalah tersebut, Winda bergabung dengan komunitas literasi Moisipun, yang berfokus pada penyuarakan hak-hak pendidikan anak-anak di daerah tertinggal.
Inspirasi dari Program Indonesia Mengajar
Winda juga mengungkapkan bahwa ia sangat terinspirasi oleh program Indonesia Mengajar yang dicetuskan oleh Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Program tersebut membuka peluang bagi para guru untuk mengajar di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Winda merasa bahwa program ini sangat relevan dengan tujuannya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas di daerah pedalaman.
Winda yang saat ini belum berkeluarga bertekad, meski kelak ia sudah berkeluarga nanti, Winda berkomitmen untuk terus mengajar dan membantu anak-anak di daerah pelosok.
“Soal seragam anak-anak, kami tidak memaksa mereka karena mereka masih punya semangat untuk datang ke sekolah dan belajar. Saya sangat bersyukur,” tutup Winda.
Apresiasi dari Komunitas Literasi Moisipun
Semangat dan dedikasi Winda Mohi dalam dunia pendidikan mendapat apresiasi dari Deany Pontoh (25), Koordinator Umum Komunitas Literasi Moisipun.
Menurut Deany, Winda adalah sosok yang serius dalam dunia pendidikan serta memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi anak-anak di pedalaman.
“Winda adalah sosok yang responsif dan kritis. Dia sangat memperhatikan keadaan pendidikan, dan hal itu sangat berpengaruh pada pembawaannya sebagai guru,” ungkap Deany saat dihubungi Zonautara.com, Senin (17/02/2025).
Menurutnya, Winda Mohi bisa menjadi teladan bagi guru-guru lainnya, menunjukkan bahwa meskipun berada di daerah tertinggal, semangat dan dedikasi dalam memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak-anak tetap harus diutamakan.
Keinginannya untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah pelosok adalah contoh inspiratif bagi banyak pihak.