Pentingnya Sistem Pangan Lokal dan Peran Perempuan di Tengah Krisis Iklim

Ilustrasi, (Foto: Pixabay.com).
Ilustrasi, (Foto: Pixabay.com).

TENTANGPUAN.com – Di tengah krisis iklim yang semakin nyata, ketahanan pangan menjadi salah satu isu krusial yang dihadapi berbagai negara, termasuk Indonesia. Dampak perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem, seperti El Nino, telah mempengaruhi sektor pertanian dan pangan. Di sinilah pentingnya mempertahankan sistem pangan lokal untuk menghadapi ketidakpastian cuaca global.

Sistem ini tidak hanya berperan dalam menjaga ketersediaan pangan, tetapi juga memberikan ruang bagi perempuan—sebagai aktor utama dalam produksi dan pengelolaan pangan lokal—untuk berkontribusi lebih besar dalam menghadapi krisis iklim.

Pentingnya Sistem Pangan Lokal

Sistem pangan lokal merujuk pada pola produksi, distribusi, dan konsumsi pangan yang berbasis pada sumber daya alam serta kebudayaan setempat. Sistem ini mengandalkan kearifan lokal yang telah terbukti selama bertahun-tahun mampu bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, termasuk perubahan iklim.

Misalnya, di wilayah Kasepuhan Ciptagelar di Jawa Barat, masyarakat adat yang mengelola lahan secara tradisional mampu mempertahankan ketersediaan pangan meskipun hanya panen setahun sekali. Mereka mengelola sawah dan menyimpan padi secara mandiri, sehingga tidak terlalu bergantung pada pasokan dari daerah lain, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem seperti El Nino.

Kunci keberhasilan sistem pangan lokal adalah diversifikasi pangan. Berbeda dengan sistem pangan nasional yang sering kali bergantung pada satu jenis pangan, seperti beras, sistem pangan lokal memiliki beragam sumber pangan. Misalnya, di Papua, masyarakat adat mengandalkan sagu, ubi jalar, dan tanaman hutan lainnya yang tumbuh secara alami. Keanekaragaman pangan ini memberikan perlindungan bagi komunitas lokal ketika pasokan pangan utama terancam akibat perubahan iklim.

Peran Perempuan dalam Sistem Pangan Lokal

Perempuan memiliki peran sentral dalam mengelola dan menjaga keberlangsungan sistem pangan lokal, terutama di daerah pedesaan dan komunitas adat. Di banyak wilayah di Indonesia, perempuan terlibat langsung dalam proses bercocok tanam, memanen, serta mengolah hasil pertanian menjadi pangan. Tidak hanya sebagai petani, perempuan juga menjadi penjaga tradisi pangan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam konteks krisis iklim, perempuan di pedesaan sering kali menjadi garda terdepan dalam adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang pola tanam yang sesuai dengan kondisi cuaca setempat, serta teknik pengolahan pangan yang bisa menjaga ketahanan pangan keluarga. Misalnya, di masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar, perempuan memegang peranan penting dalam penyimpanan padi yang bisa bertahan lama, bahkan hingga musim panen berikutnya.

Namun, peran perempuan ini sering kali terabaikan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pangan nasional. Padahal, kemampuan perempuan dalam mengelola sistem pangan lokal berpotensi besar untuk menjadi solusi menghadapi krisis iklim dan ketahanan pangan.

Ilustrasi, (Pixabay.com)
Ilustrasi, (Pixabay.com)

Sistem Pangan Lokal sebagai Solusi Hadapi Krisis Iklim

Krisis iklim yang menyebabkan kekeringan, banjir, dan pergeseran musim tanam mengancam ketahanan pangan global. Sistem pangan terpusat yang bergantung pada satu atau dua jenis pangan rentan terhadap guncangan cuaca ekstrem. Di sisi lain, sistem pangan lokal yang beragam dan berbasis kearifan lokal lebih tahan menghadapi perubahan tersebut.

Selain itu, sistem pangan lokal juga lebih berkelanjutan secara ekologis. Penggunaan bibit lokal, praktik pertanian organik, dan minimnya ketergantungan pada bahan kimia menjadikan sistem ini lebih ramah lingkungan. Penerapan pertanian berkelanjutan ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pertanian skala besar, sekaligus mempertahankan keanekaragaman hayati.

Dalam konteks ini, memperkuat peran perempuan dalam sistem pangan lokal menjadi penting. Pengakuan dan pemberdayaan perempuan di sektor ini tidak hanya akan meningkatkan produksi pangan lokal, tetapi juga akan memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi dampak perubahan iklim.

Langkah ke Depan: Kebijakan yang Mendukung Sistem Pangan Lokal dan Pemberdayaan Perempuan

Untuk menjaga keberlangsungan sistem pangan lokal, diperlukan kebijakan yang mendukung diversifikasi pangan serta penguatan kapasitas perempuan dalam sektor pertanian. Pemerintah bisa mengambil langkah-langkah konkret seperti:

Mengembangkan Infrastruktur dan Dukungan untuk Pangan Lokal
Pemerintah harus mendukung upaya komunitas lokal dalam mempertahankan sistem pangan mereka melalui program pengembangan infrastruktur seperti penyimpanan pangan dan akses ke pasar lokal.

Memperkuat Program Pelestarian Kearifan Lokal
Program pelatihan dan penyuluhan bagi komunitas lokal, khususnya perempuan, mengenai pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dapat menjaga tradisi pangan lokal yang telah ada selama berabad-abad.

Mengintegrasikan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan
Perempuan harus dilibatkan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan di bidang pangan dan pertanian. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang memberdayakan perempuan dan memberikan ruang bagi mereka untuk berperan dalam pembangunan sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Jadi Sahabat Puan, sistem pangan lokal adalah fondasi penting dalam menjaga ketahanan pangan di tengah krisis iklim. Diversifikasi pangan dan kearifan lokal memungkinkan komunitas untuk lebih tangguh dalam menghadapi ketidakpastian cuaca dan perubahan lingkungan.

Di sisi lain, perempuan memainkan peran sentral dalam menjaga keberlanjutan sistem pangan ini. Melalui kebijakan yang mendukung sistem pangan lokal dan pemberdayaan perempuan, Indonesia dapat membangun ketahanan pangan yang lebih kokoh dan berkelanjutan di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.