Tentangpuan.com – Ini adalah pangkal sungai yang saya susuri di Desa Muntoi, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Ia tidak terpencil. Ia terjangkau, menangkap sinar matahari seperti cangkir mewadahi air yang dituang; ia adalah mangkuk wadah udara manis, sebuah cekungan kehijauan, dan keanggunan, dan tampaknya, juga kedamaian.
Air dangkalnya, meninggalkan barisan abu-abu beting pasir. Menghilir sungai mendayung kano-kano kayu pribumi, selalu merapat ke tepian sungai.
Saya berada di sana, dan saya hidup cuma sekali. Sehingga saya memungkinkan diri, menyukai pinggiran, dan kehampaan, di mana hidup harus dijalani.
Kupandang, air sungai sama pekatnya dengan daun-daun basah; mereka adalah tabir, penangkal silau, layar bergambar. Kau melihat segala sesuatu hanya dari efeknya, saya melihat air yang menghempas ilalang di atas seekor kodok yang membusuk.
Dari dalam air, mungkin belut listrik, atau ular berlalu-lalang. Saya gantungkan jari-jari nyaris menyentuh air, sembari berpikir sepadan tidaknya perbuatan saya ini.
Saktinya Pancasila, menyempurnakan kesaktian pertapaan saya. Ini bumi Endonesia. Berbahagialah.