Tentangpuan.com – Hampir semua perempuan bermimpi agar memiliki anak. Sehingga alasan ingin cepat hamil kerap kali menjadi alasan bagi seorang perempuan saat hendak memutuskan untuk berhenti atau mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Hal seperti ini terkadang tidak bisa dipungkiri. Sebab, menurut penelitian baru, stres kerja bisa mengganggu peluang seorang perempuan untuk hamil. Maka alasan teman Anda bisa dibilang valid secara ilmiah.
Bagaimana stres berpengaruh pada peluang kehamilan? Pertama, penting untuk diingat bahwa stres adalah reaksi terhadap suatu situasi.
“Kita biasanya merasa stres saat berpikir bahwa tuntutan situasi lebih besar daripada sumber daya yang kita miliki untuk menghadapi situasi itu,” begitu menurut Canadian Mental Health Association (CMHA).
Itu berarti stres di kantor umumnya mengacu pada kombinasi tuntutan tinggi dalam pekerjaan dan rendahnya kendali atas situasi.
Di Indonesia, stres kerja juga melanda sebagian pekerja. Nuri Purwito Adi, perwakilan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki), mengatakan, 60,6 persen pekerja industri kecil menengah mengalami depresi, sebanyak 57,6 persen dari mereka menderita insomnia.
“Apabila individu tidak memiliki mekanisme penyelesaian masalah yang baik maka akan timbul depresi atau timbul masalah kesehatan pada tubuh seperti hipertensi,” jelas Nuri.
Konsekuensi stres kerja sangat lah nyata, termasuk bagi perempuan. Secara umum, banyak dokter telah mencatat hubungan antara stres dan ketidaksuburan, meskipun mereka tidak selalu tahu mengapa kaitan ini ada. Memahami peran stres dalam kesuburan pun menjadi semakin penting.
Menurut survei American Psychological Association pada 2015, generasi muda dan perempuan telah secara konsisten berjuang melawan stres. Sejak 2007, survei APA menemukan uang dan pekerjaan adalah dua sumber stres utama–masing-masing 67 persen dan 65 persen pada tahun 2015.
Jika angka ini digabungkan dengan stres secara umum pada perempuan muda dan dampak stres pada kesuburan, terlihat lah pengaruhnya cukup besar.
Sekarang, sebuah riset baru oleh para peneliti di Boston University akhirnya mendalami kajian dampak stres kerja pada perempuan yang ingin hamil. Diterbitkan baru-baru ini di American Journal of Epidemiology, studi ini menggunakan data dari Pregnancy Study Online (PRESTO).
Peneliti mengamati 4.769 perempuan dan 1.272 laki-laki, yang sebelumnya tidak punya riwayat infertilitas. Mereka juga belum pernah mencoba untuk hamil selama lebih dari enam siklus menstruasi.
Sampel yang cukup besar ini diikuti perkembangannya selama 12 bulan, atau sampai mereka hamil. Peneliti menyurvei tingkat stres sampel, memberi mereka skor dari nol hingga 40.
Perempuan dengan total skor stres lebih dari 25 punya kecenderungan 13 persen lebih kecil untuk hamil daripada mereka dengan skor stres di bawah 10. Namun, para peneliti tidak memperhatikan fenomena ini terjadi pada kaum Adam.
Penulis utama studi, mahasiswa doktoral Amelia Wesselink menulis, “Meskipun penelitian ini tidak secara pasti membuktikan stres menyebabkan ketidaksuburan, temuan memberikan bukti yang mendukung integrasi perawatan kesehatan mental dalam panduan dan perawatan prakonsepsi.”
Kepada Bustle Wesselink mengatakan, “Kami juga berhipotesis, perempuan dan laki-laki stres dalam suatu hubungan memiliki tingkat kesuburan terendah. Namun, kami menemukan bahwa pasangan yang perempuannya stres dan laki-lakinya tidak lah yang memiliki kesuburan terendah, ini tidak terduga.”
Pentingnya keseimbangan hidup-kerja selama kehamilan merupakan topik yang sudah kerap jadi bahasan. Namun, penelitian ini membantu menyoroti pentingnya membicarakan ini jauh sebelum kehamilan itu terjadi.
Mencapai keseimbangan hidup-kerja bisa sulit. Namun, ada beberapa tip yang bisa diikuti.
Rekomendasi pertama adalah untuk meletakkan gawai barang sejenak. Teknologi memang bagus, tetapi ketika itu bisa diakses 24 jam tujuh hari sepekan, tidak realistis untuk kesehatan jangka panjang.
Selain itu, para pekerja disarankan mengatur target yang realistis untuk setiap hari kerja. Berusaha lah untuk berkomunikasi secara efisien dan mendapatkan dukungan, bisa dalam bentuk teman, keluarga, atau profesional.
Stres bisa dengan cepat menjangkiti pikiran seseorang. Bagaimanapun perlu diingat, ini tidak harus terjadi. Sangat penting untuk mempertimbangkan dampak stres sebelum mencoba untuk hamil.
Sumber: Lokadata.id