TENTANGPUAN.com – Langit Buyat II pagi itu cerah, namun sorak gembira masyarakat dan pelajar jauh lebih terang dari matahari. Irama drumband berpadu dengan hentakan musik tradisional, memenuhi udara perbatasan Bolaang Mongondow Timur (Boltim) dan Minahasa Tenggara (Mitra) Provinsi Sulawesi Utara.
Di tengah riuh itu, sosok pelajar yang dinanti akhirnya tiba. Dewi Athena Tri Manjadda, siswi SMA Negeri 1 Tutuyan yang baru saja mengharumkan nama Indonesia di ajang International Mathematical Science Creativity Competition (IMSCC) di Suwon, Korea Selatan.
Dewi turun dari mobil dengan senyum yang tak mampu disembunyikan. Di hadapannya, warga Buyat II dan ratusan pelajar telah menunggu sejak pagi.
Ia disambut oleh Ketua TP-PKK Boltim, Rosita Manoppo-Pobela, yang mendampinginya sejak awal perjalanan ke Korea.

Prosesi penjemputan berlangsung khidmat dan penuh makna. Tokoh adat mengalungkan kain kehormatan di leher sang juara, diiringi tarian tradisional Buyat yang menggambarkan suka cita dan rasa syukur.
Warga berdesakan di pinggir jalan, banyak di antara mereka menitikkan air mata bangga, anak daerah kembali ke tanah kelahiran membawa nama harum bangsa.
Usai prosesi adat, Dewi melangkah diiringi drumband dari SMP Negeri 1 Kotabunan dan SDN II Buyat II. Di sepanjang jalan, ratusan pelajar melambaikan bendera kecil dan meneriakkan nama sang idola.
Momen itu seakan menjadi perayaan kemenangan seluruh masyarakat Boltim menjelang Hari Sumpah Pemuda, yang jatuh sehari setelahnya.

“Kami semua bangga. Ini bukti anak daerah juga bisa bersaing di level dunia,”
ujar salah satu guru SMPN 1 Kotabunan, Senin, (27/101/2025).
Ucapannya langsung disambut tepuk tangan dari para siswa yang tak berhenti memanggil nama Dewi.
Suasana penuh semangat muda itu terasa begitu bermakna, seolah menjadi gema semangat Sumpah Pemuda di tanah Buyat II.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boltim kemudian menyematkan bunga kehormatan kepada Dewi Athena, sebagai simbol rasa terima kasih dan kebanggaan daerah. Ia berdiri di tengah sorak sorai siswa, tersenyum malu namun bahagia.
“Semoga apa yang saya capai ini bisa jadi semangat buat adik-adik di sini. Jangan takut bermimpi besar,”
kata Dewi dengan suara bergetar.
Tak hanya masyarakat, para guru dan orang tua juga ikut larut dalam suasana haru. Banyak yang menitikkan air mata bangga, melihat seorang anak desa kembali dengan membawa prestasi yang jarang diraih di tingkat global.
Rangkaian acara ditutup dengan syukuran sederhana di Balai Desa Buyat II. Di sana, Dewi dijamu warga, disuguhi makanan khas, dan diminta berfoto bersama para siswa.
Bagi warga, kemenangan Dewi Athena bukan hanya kemenangan pribadi, melainkan bukti bahwa tekad, kerja keras, dan doa bisa membawa nama Boltim bersinar hingga ke kancah internasional.
“Dia contoh nyata bahwa asal punya kemauan, tidak ada yang mustahil,”
tutur Ketua TP-PKK Rosita Manoppo-Pobela.
Hari itu, Desa Buyat II bukan sekadar kampung di perbatasan, tetapi menjadi simbol harapan baru. Harapan tentang generasi muda Boltim yang mampu menembus batas dunia, tepat di saat bangsa memperingati semangat Sumpah Pemuda.
Dari langkah kecil seorang Dewi Athena Tri Manjadda, Boltim belajar kembali arti perjuangan, kebanggaan, dan keyakinan bahwa masa depan Indonesia tumbuh dari desa-desa yang penuh mimpi.
Sekadar diketahui, International Mathematical Science Creativity Competition (IMSCC) adalah ajang internasional yang digelar di Suwon, Korea Selatan, dan diikuti oleh pelajar dari berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Kompetisi ini menilai kemampuan peserta dalam berpikir kreatif dan menyelesaikan persoalan matematika berbasis sains dan inovasi.
Peserta tidak hanya diuji dalam hitungan logis, tetapi juga ditantang mengembangkan ide-ide baru yang menggabungkan konsep matematika dengan aplikasi ilmiah di kehidupan sehari-hari. Ajang ini dikenal sebagai salah satu kompetisi bergengsi yang melahirkan generasi muda peneliti dan inovator dunia.

