TENTANGPUAN.com – Kerumunan besar terjadi di toko ritel Jayatex, Kotamobagu, pada 1 Mei 2025. Ribuan warga, mayoritas ibu-ibu, memadati area depan toko sejak pagi hari setelah mendengar kabar adanya promo diskon hingga 90 %. Namun, promo yang dinanti-nanti itu justru dibatalkan mendadak oleh pihak toko karena alasan keamanan.
“Terima kasih atas antusias masyarakat, kami menunda promo sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan,” kata pemilik Jayatex, Since Male.
Since mengaku ketakutan setelah melihat kerumunan yang tak terkendali, terlebih ia sempat dimarahi oleh seorang ibu saat hendak membuka pintu toko.
Berutang dan Tempuh Jarak Jauh Demi Diskon
Pembatalan promo ini memicu kekecewaan banyak pelanggan. Beberapa di antaranya rela menempuh perjalanan jauh bahkan sampai meminjam uang demi bisa belanja dengan harga murah.
Andini Manoppo, pelanggan dari Manado, menuturkan bahwa ia sudah tiba sejak subuh setelah menempuh ratusan kilometer.
“Kami rela datang jauh-jauh untuk mendapatkan harga yang lebih murah, tapi apa yang kami dapatkan? Keributan dan kekecewaan. Bahkan yang lain rela meminjam dapim (dana pinjaman) demi berburu promo ini,” ungkap Andini.
Aminah Rindahati dari Desa Paret, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, juga merasa kecewa karena telah menunggu lama.
Padahal, ia berencana membeli perlengkapan sekolah untuk anak-anaknya dan berharap Jayatex dapat memperbaiki sistem promosi agar kejadian seperti ini tidak terulang.
Cerminan Ketimpangan Sosial Ekonomi
Peristiwa ini bukan sekadar insiden belanja. Ini mencerminkan betapa rentannya harapan masyarakat kecil yang mudah terpancing oleh iming-iming harga murah.
Banyak perempuan dari kelompok rentan terpaksa berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka.
Studi oleh Soetji Andari dan tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa perempuan dari kelompok rentan sosial ekonomi sering menjalani peran ganda: sebagai pencari nafkah sekaligus pengurus rumah tangga.
Mereka menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan akses pendidikan dan pelatihan keterampilan. Oleh karena itu, pemberdayaan melalui pelatihan dan akses keuangan mikro sangat penting.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menguatkan hal ini. Pada 2022, Indeks Ketimpangan Gender Indonesia berada di angka 0,459 (kategori menengah atas). Sementara Indeks Kerawanan Sosial Ekonomi Perempuan (IKSEP) pada 2017 tercatat 0,399—menunjukkan tingkat kerawanan yang tinggi.
Penelitian lain dari The Conversation Indonesia pada 2022 juga menunjukkan bahwa 9,68% perempuan Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan—lebih tinggi dari laki-laki (9,40%). Perempuan juga mengalami kesenjangan dalam akses pendidikan dan layanan kesehatan, yang memperburuk situasi sosial ekonomi mereka.
Harapan untuk Kebijakan yang Inklusif
Peristiwa di Jayatex mencerminkan realitas sosial ekonomi yang dihadapi banyak perempuan di Indonesia. Mereka sering kali harus mengorbankan banyak hal demi kebutuhan dasar, dalam kondisi akses yang serba terbatas.
Pemerintah dan pelaku usaha diharapkan lebih peka dan responsif terhadap kondisi ini. Dibutuhkan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan untuk memberdayakan perempuan, terutama dari kelompok rentan.
Langkah seperti pelatihan keterampilan, akses ke modal usaha, serta kebijakan yang mendukung kesetaraan gender sangat penting untuk mengurangi ketimpangan sosial ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.