Parenting dalam Serial When Life Gives You Tangerines: Pelukan Lembut di Tengah Kekacauan Remaja

/
Ilustrasi, (Foto: Generate Chat GPT).

TENTANGPUAN.com – Serial Korea When Life Gives You Tangerines bukan hanya sekadar drama coming-of-age yang memotret kehidupan remaja perempuan di Pulau Jeju, tetapi juga menjadi cermin reflektif tentang bagaimana pola pengasuhan orang tua membentuk—atau justru meretakkan—jati diri anak.

Di balik judulnya yang manis, serial ini menyajikan dinamika keluarga yang kompleks dan penuh emosi, mengajak kita memahami bahwa menjadi orang tua bukan hanya tentang memberi, tetapi juga belajar menerima.

Orang Tua yang Tak Sempurna, Anak yang Terluka Diam-Diam

Karakter utama, Ha Eun, hidup dalam bayang-bayang orang tuanya yang dingin dan tidak komunikatif. Sang ibu, yang tampaknya selalu sibuk dengan urusan rumah tangga dan kebun tangerine, jarang menunjukkan kasih sayang secara emosional. Ayahnya bahkan lebih jauh secara emosional. Ketidakhadiran mereka secara afektif meninggalkan kekosongan dalam diri Ha Eun—yang berusaha keras terlihat kuat, padahal ia sangat rapuh.

Ini menggambarkan realitas yang kerap luput: banyak orang tua yang hadir secara fisik, tetapi absen secara emosional. When Life Gives You Tangerines mengingatkan bahwa pengasuhan bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan materi, tapi juga kebutuhan batin: pelukan hangat, obrolan ringan, dan mata yang mendengarkan.

Anak Bukan Proyek, Tapi Manusia Utuh

Salah satu pesan kuat dalam serial ini adalah bahwa anak bukanlah proyek yang harus “berhasil” sesuai standar orang tua. Ha Eun menghadapi tekanan untuk menjadi anak “baik” tanpa pernah ditanya apa yang ia rasakan, inginkan, atau takuti. Ia terjebak dalam ekspektasi tanpa ruang untuk jujur pada dirinya sendiri.

Ini menjadi kritik halus terhadap pola asuh yang hanya fokus pada pencapaian dan citra. Parenting yang sehat seharusnya memberi ruang bagi anak untuk tumbuh sebagai manusia utuh—yang bisa gagal, menangis, memberontak, dan mencari arah hidupnya sendiri.

Peran Komunitas sebagai Keluarga Alternatif

Di tengah jarak emosional dalam keluarga, Ha Eun justru menemukan kehangatan dalam lingkaran pertemanannya. Sahabat-sahabatnya menjadi tempat curhat, pelarian, dan kadang satu-satunya tempat ia merasa benar-benar dilihat. Ini menunjukkan pentingnya komunitas dalam pengasuhan: bahwa anak-anak, remaja khususnya, butuh ruang aman di luar keluarga inti untuk tumbuh dan merasa diterima.

Bagi orang tua, ini adalah pengingat bahwa membatasi anak hanya pada nilai-nilai rumah bukanlah solusi. Membuka diri pada peran komunitas—baik sekolah, guru, sahabat, maupun lingkungan—dapat menjadi jaring pengaman emosional yang penting.

Pentingnya Rekonsiliasi dan Mendengarkan

Meski menyajikan banyak luka, serial ini juga memperlihatkan benih rekonsiliasi. Ada momen-momen kecil ketika sang ibu akhirnya mulai membuka hati, mencoba mendengar, meski canggung dan lambat. Serial ini tidak menawarkan penyelesaian instan, tetapi mengajarkan bahwa memperbaiki relasi butuh kerendahan hati dan waktu.

When Life Gives You Tangerines pada akhirnya mengajak kita bertanya: Sudahkah kita mendengar anak-anak kita hari ini? Sudahkah kita hadir bukan hanya sebagai penentu arah, tapi juga sebagai teman perjalanan?