TENTANGPUAN.com – Buku ini menjadi cermin keberanian perempuan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dari kisah-kisah yang terungkap, kita diajak untuk meresapi perjalanan panjang para puan yang tidak hanya berjuang melawan ketidakadilan, tetapi juga menggenggam keberanian untuk bangkit dan memulihkan diri.
Buku berbalut sampul biru ini mengisahkan perjalanan emosional para perempuan melalui hari-hari yang sulit. Dalam setiap halaman, pembaca akan disuguhi kisah penuh tekad untuk melanjutkan hidup dan pulih dari luka, meski keadaan seringkali sangat tak mudah.
Cerita dimulai dengan kisah Maya, yang terjerat dalam situasi pemerasan setelah diminta foto PAP oleh teman lelaki di Facebook. Peristiwa ini memicu pengambilalihan akun Facebook-nya, membuka lembaran permasalahan yang rumit.
Lusi kemudian menceritakan kisah pahitnya, di mana ia mengalami pelecehan dari pamannya sendiri saat masih belia. Upaya melaporkan kejadian ini kepada kepolisian malah membuatnya dihadapkan pada sikap negatif dari keluarga besarnya.
Laras, perempuan dengan latar belakang ekonomi yang sulit, mengalami pelecehan dari anak majikan. Meski terdzalimi, situasi finansial membuatnya terpaksa menerima uang damai.
Sementara itu, Rini menemukan kekuatannya melalui tarian setelah bertahun-tahun hidup dalam ketakutan akibat kehadiran seorang anak lelaki di lingkungan kosnya.
Dalam peluncuran buku yang akan berlangsung di LBH Jakarta, diharapkan akan terjadi diskusi mendalam tentang isu-isu yang diangkat dalam buku ini. Lebih dari sekadar sebagai bacaan, “Nyanyi Sunyi Para Puan” menjadi panggilan untuk mendengarkan, mengerti, dan mendukung perempuan dalam perjalanan mereka menuju keberanian dan pemulihan.