TENTANGPUAN.COM – Sering kali banyak kita temui kasus bunuh diri dilakukan oleh orang yang dikenal memiliki kepribadian yang tertutup atau introvet. Namun, kerap melupakan jika stres bisa juga dirasakan oleh orang dengan kepribadian yang lebih terbuka, bukan tidak mungkin orang dengan tipe ini, bisa bebas dari kemungkinan keinginan mengakhiri hidup saat stres.
Stres bisa menimpa siapa saja, tanpa terkecuali. Pasalnya setiap orang memiliki karakter, pergumulan hidup, dan Stress management yang berbeda-beda. Hal ini disampaikan oleh praktisi psikologi Andre Wibawa, M.Si saat dihubungi Fimela.
Kak Andre menjelaskan mereka yang memiliki pribadi ekstrovert juga bisa memiliki tingkat stres berlebih, bahkan bisa mengarah pada perilaku bunuh diri.
“Meski ekstrovet, tidak menutup kemungkinan banyak orang-orang tipe ekstorvert dia punya rekaman atau memori pada masa lalunya. Yang belum diikhlaskan,” kata Kak Andre.
Kak Andre lebih lanjut menjelaskan ada yang disebut dengan Sigmund Freud. Di mana alam sadar manusia sering tersimpan memori yang belum terselesaikan. Fase ini bisa membawa manusia ke dalam fase depresi.
Faktor menjadi lebih depresi
Ada banyak faktor yang membawa manusia akhirnya bisa masuk ke fase depresi. Salah satunya rasa bersalah atas apa yang telah mereka lakukan. Seseorang yang merasa bersalah kerap menjadi hakim bagi dirinya sendiri. Sehingga muncul sisi ekstrovert yang berusaha menutupi.
“Ada suara hati yang seolah-olah menghukum dirinya. Ini tidak terlihat pada ekstrovert. Jeleknya orang ekstrovert itu dia tidak punya rasa pemaaf, termasuk ke dirinya sendiri,” kata Kak Andre.
Minimnya terapi mental juga menjadi faktor lain yang membuat seorang ekstrovert semakin depresi hingga akhirnya mengevaluasi diri sendiri atau self diagnose. Ketika seseorang self diagnose, ia akan mencari kesimpulan-kesimpulan untuk meyakinkan apa yang ia rasakan.
Pentingnya peran orangtua
“Orang bunuh diri itu mengambil dari banyak kesimpulan. Ketika dia update status dan tidak ada yang merespon, dia akan ‘bener kan ngga ada yang sayang sama gue’,” jelas Kak Andre.
Faktor-faktor eksternal ini akan membentuk persepsi dan sikap. Sehingga akhirnya membentuk perilaku yang terinspirasi dari hal-hal di sekitarnya. Seperti misalnya menonton film yang juga menjadi sarana afirmasi sekaligus inspirasi.
Untuk menghindari hal tersebut, orangtua memiliki peranan penting untuk menjadi lebih peka terhadap setiap perubahan yang terjadi pada anaknya. Sehingga si Ekstrovert yang sedang merasa tertekan merasa memiliki teman yang mendukungnya.
Sumber: Fimela.com