Hari Kesaktian Pancasila: Meneguhkan Peran Perempuan di Garis Depan

Ilustrasi, (Foto: Generate by AI).

TENTANGPUAN.com – Setiap 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Momen ini bukan hanya sekadar mengingat kembali sejarah kelam 1965, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai Pancasila yang terus hidup dan relevan dalam menghadapi tantangan zaman.

Dalam konteks kekinian, Pancasila bukan hanya soal menjaga persatuan dan kedaulatan bangsa, tetapi juga soal bagaimana nilai-nilainya dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan bagi perempuan.

Pancasila dan Spirit Kesetaraan

Nilai-nilai Pancasila menegaskan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, fakta di lapangan masih menunjukkan banyak perempuan yang menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan keterbatasan akses dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga politik.

Maka, memperingati Kesaktian Pancasila juga berarti menegaskan kembali komitmen bangsa untuk mewujudkan kesetaraan gender dan menghapus segala bentuk ketidakadilan terhadap perempuan.

Perempuan sebagai Penjaga Pancasila

Sepanjang sejarah, perempuan Indonesia telah menjadi bagian penting dari perjuangan mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Dari sosok Cut Nyak Dien, Kartini, Martha Christina Tiahahu, hingga tokoh-tokoh perempuan masa kini, mereka hadir bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai penggerak perubahan.

Di ruang-ruang keluarga, perempuan memainkan peran vital sebagai pendidik pertama bagi anak-anak untuk menanamkan nilai kebhinekaan, persatuan, dan gotong royong—inti dari Pancasila.

Pancasila di Tengah Krisis: Perempuan di Garis Depan

Dalam berbagai situasi krisis, mulai dari pandemi hingga dampak proyek pembangunan, perempuan kerap menjadi kelompok paling rentan. Namun, sekaligus, merekalah yang paling tangguh menjaga keberlangsungan hidup keluarga dan komunitas.

Inilah bentuk nyata “kesaktian” Pancasila—yang hidup melalui daya juang perempuan di akar rumput. Dari mama-mama di pasar tradisional yang terus berjualan demi anak-anaknya, hingga aktivis perempuan yang memperjuangkan hak korban kekerasan.

Momentum Refleksi

Hari Kesaktian Pancasila tahun ini harus menjadi momentum refleksi: sudah sejauh mana nilai-nilai Pancasila diterapkan untuk melindungi dan memberdayakan perempuan? Apakah keadilan sosial telah benar-benar dirasakan oleh mereka yang berada di lapisan paling rentan?

Tanpa keberpihakan nyata pada perempuan, Pancasila akan kehilangan ruhnya sebagai ideologi yang berkeadilan. Karena itu, memperingati Hari Kesaktian Pancasila juga berarti memperkuat komitmen melawan diskriminasi, memperjuangkan akses setara, dan mengakui perempuan sebagai subjek penting dalam pembangunan bangsa.