TENTANGPUAN.com – Dunia merayakan Hari Demokrasi Internasional setiap 15 September. Tapi, pernahkah kita berpikir, apa arti demokrasi dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai perempuan?
Demokrasi bukan cuma soal pemilu atau rapat di gedung parlemen. Demokrasi juga hadir dalam ruang kelas, kantor, komunitas, hingga cara kita bisa bersuara di media sosial tanpa takut dibungkam.
Faktanya, keterwakilan perempuan di politik Indonesia masih jauh dari kata ideal. Walau ada kuota 30 persen untuk caleg perempuan, hasil Pemilu 2024 baru menghasilkan sekitar 22 persen perempuan di DPR RI.
Angka ini memang naik dibanding masa lalu, tapi tetap menunjukkan bahwa suara perempuan masih belum benar-benar mendapat ruang setara.
Yang menarik, riset International IDEA tahun 2023 menyebutkan bahwa negara dengan banyak perempuan di parlemen biasanya lebih peduli pada isu kesehatan, pendidikan, dan kebijakan sosial yang menyentuh kehidupan sehari-hari. Jadi, semakin banyak perempuan terlibat, semakin terasa perubahan positif untuk masyarakat luas.
Namun, perjuangan perempuan di demokrasi Indonesia tidak hanya soal kursi di parlemen. Banyak perempuan muda, aktivis, seniman, hingga konten kreator yang terus menyuarakan isu kesetaraan, lingkungan, dan keadilan sosial. Mereka membuktikan bahwa demokrasi juga bisa diperkuat lewat ruang kreatif, media sosial, dan gerakan komunitas.
Hari Demokrasi Internasional ini bisa jadi reminder penting, perempuan bukan sekadar pelengkap demokrasi, tapi justru wajah masa depan demokrasi itu sendiri. Dari ruang domestik sampai ruang publik, suara perempuan membawa warna, empati, dan arah baru yang lebih inklusif.
Jadi, jika kamu seorang perempuan, jangan ragu untuk bersuara. Demokrasi akan semakin hidup ketika kita berani mengekspresikan diri, menyampaikan pendapat, dan mengambil bagian dalam keputusan yang memengaruhi hidup kita bersama. Karena demokrasi yang sehat bukan hanya soal siapa yang memimpin, tapi juga soal siapa saja yang punya kesempatan untuk didengar.