Tentangpuan Belajar Jurnalisme Konstruktif di Bandung

jurnalisme konstruktif
Para jurnalis dari sembilan media perempuan, termasuk Tentangpuan.com, mengikuti pelatihan Jurnalisme Konstruktif di Bandung. Kegiatan ini bertujuan memperdalam pendekatan peliputan yang solutif, bernuansa, dan melibatkan audiens, (Foto: Magdalene).

TENTANGPUAN.com – Tentangpuan.com menjadi salah satu dari sembilan media yang terlibat dalam Constructive Journalism Lab, sebuah kegiatan pelatihan jurnalisme konstruktif yang digelar Magdalene dengan dukungan dari International Media Support (IMS). Kegiatan ini berlangsung di Hotel Neo Dipatiukur, Bandung, sejak 2 hingga 6 Juni 2024.

Dalam kegiatan tersebut, jurnalis dari berbagai media perempuan berkumpul untuk memperdalam pendekatan jurnalisme konstruktif—sebuah pendekatan yang menekankan pentingnya pelaporan yang solutif, bernuansa, dan melibatkan audiens.

Neno Karlina, founder Tentangpuan, mengaku senang bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Ia menyebut pelatihan ini memberinya cara pandang baru dalam menyampaikan isu-isu perempuan melalui karya jurnalistik.

“Saya sangat senang bisa terlibat. Dari kegiatan ini saya belajar bagaimana menyusun berita tidak hanya dengan menyajikan masalah, tetapi juga dengan pendekatan yang membangun, berorientasi pada solusi, dan tetap akurat,” ujar Neno, di sela kegiatan.

Neno Karlina, founder Tentangpuan.com, berbagi pengalaman selama mengikuti pelatihan Jurnalisme Konstruktif di Bandung. Melalui pelatihan ini, Tentangpuan.com memperkuat komitmennya menyuarakan isu perempuan secara solutif dan bernuansa, (Foto: Magdalene).

Menurut Neno, pendekatan jurnalisme konstruktif menjadi sangat penting terutama bagi media seperti Tentangpuan.com yang sejak awal berfokus pada isu-isu perempuan, keberagaman, dan ketimpangan sosial.

“Dengan pendekatan ini, kami tidak hanya menyuarakan keresahan, tetapi juga memberikan harapan dan ruang refleksi kepada pembaca,” tambahnya.

Kegiatan ini juga menjadi ruang diskusi mengenai bagaimana media dapat membangun kepercayaan publik di tengah arus deras informasi yang penuh sensasi dan berita sampah (junk news). Hendrik dari IMS dalam pemaparannya mengatakan bahwa jurnalisme hari ini terlalu sering menyuguhkan konflik dan kekacauan, sehingga masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap media.

“Masyarakat tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Jika tahun 2017 hanya 12% publik yang menghindari berita, kini di 2024 angka ini terus bertambah. Tidak heran jika profesi jurnalis kini berada di urutan terbawah sebagai profesi yang paling dipercaya,” kata Hendrik.

Devi dari Magdalene juga menekankan bahwa jurnalisme konstruktif adalah pendekatan yang mampu counter bias negatif media dengan berita yang bertanggung jawab dan solutif. Ia menyebut, jurnalisme konstruktif bukan hanya soal “berita baik”, tetapi tentang pemberitaan yang bernuansa, kontekstual, dan melibatkan publik.

“Medialah yang harus berubah, bukan pembacanya. Terutama Gen-Z, yang kini paling banyak menolak informasi karena merasa tidak terwakili dan tidak relevan dengan apa yang mereka baca,” ujar Devi.

Menurut Devi, ada tiga pilar dalam jurnalisme konstruktif: solusi, nuansa dan konteks, serta pelibatan. Di Magdalene, pilar tersebut bahkan diperkuat dengan prinsip “mendengar”, guna menghadirkan perspektif yang utuh dan jarang tersorot.

Bagi Tentangpuan.com, keterlibatan dalam pelatihan ini menjadi bagian dari komitmennya untuk terus berkembang sebagai media alternatif yang peka terhadap isu gender dan keadilan sosial. Neno berharap pendekatan ini bisa terus diterapkan dalam setiap karya jurnalistik mereka.

“Ini membuka wawasan saya sebagai jurnalis perempuan, bahwa berita bisa menjadi ruang yang menyembuhkan, bukan hanya memicu rasa takut atau marah,” pungkasnya.