Tips Perjalanan Haji agar Perempuan Tetap Nyaman

haji
Ilustrasi, (Foto: Pixabay.com).

TENTANGPUAN.com – Melakukan ibadah haji adalah impian banyak umat Islam, termasuk perempuan. Namun, perjalanan spiritual ini juga menuntut kesiapan fisik, mental, dan pengetahuan yang cukup, terutama bagi perempuan yang memiliki kebutuhan biologis dan sosial yang berbeda dari laki-laki.

Dalam konteks ini, penting untuk menyiapkan perjalanan haji bukan hanya dengan niat dan doa, tapi juga dengan pemahaman yang berpihak pada tubuh dan kenyamanan diri sendiri.

Salah satu hal pertama yang perlu diketahui oleh perempuan adalah aturan dan kondisi khusus selama berhaji. Misalnya, perempuan yang sedang haid tetap dapat menunaikan hampir seluruh rangkaian ibadah, kecuali thawaf yang memang disyaratkan dalam kondisi suci.

Oleh karena itu, pengetahuan soal fiqih haji bagi perempuan menjadi sangat penting agar tidak merasa bersalah atau tertekan saat kondisi tubuh berubah.

Dari segi pakaian, perempuan perlu memilih busana yang nyaman, longgar, dan menyerap keringat, mengingat cuaca di Tanah Suci yang bisa sangat panas. Selain itu, penting juga untuk membawa mukena ringan, kerudung tambahan, kaos kaki, dan sandal yang aman digunakan untuk perjalanan jauh.

Jangan ragu untuk memilih pakaian yang memprioritaskan kesehatan dan perlindungan diri, bukan semata-mata karena tekanan sosial untuk tampil “seragam”.

Kebutuhan khusus seperti pembalut, tisu basah, celana dalam sekali pakai, sabun intim, hingga kantong kecil untuk perlengkapan pribadi juga harus disiapkan sejak awal. Ini bukan soal ‘rewel’ atau ribet, melainkan bentuk penghormatan terhadap tubuh yang akan diajak menjalani ibadah berat dalam waktu yang cukup lama. Perempuan berhak merasa bersih, nyaman, dan terjaga selama proses suci ini.

Perjalanan haji juga sangat melelahkan secara fisik. Maka, penting bagi perempuan untuk menjaga asupan makanan, kecukupan cairan, serta istirahat yang cukup. Jangan abaikan gejala kelelahan, terutama bagi mereka yang sedang atau menjelang menstruasi. Bila perlu, bawa suplemen atau obat pribadi setelah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

Jika mempertimbangkan penggunaan obat penunda haid, pastikan hal ini dilakukan dengan pengawasan dokter, bukan tekanan dari keluarga atau rombongan.

Selain itu, aspek keamanan pribadi juga sangat penting. Perempuan disarankan untuk tidak berjalan sendiri, terutama di area padat seperti Masjidil Haram atau Arafah.

Gunakan tas selempang kecil yang aman untuk menyimpan dokumen penting dan barang berharga. Dan yang tidak kalah penting, jangan ragu untuk melapor jika merasa tidak aman atau mengalami pelecehan. Perempuan berhak merasa aman, bahkan dalam keramaian jutaan manusia.

Akhirnya, ingatlah bahwa ibadah haji bukan soal tampil paling sempurna di mata orang lain. Perempuan sering kali terbebani ekspektasi sosial untuk “kuat”, “suci”, dan “sempurna”. Padahal, ibadah sejati lahir dari ketulusan dan penerimaan atas keterbatasan diri.

Ketika haid datang di tengah perjalanan, ketika tubuh lelah dan ingin istirahat, atau ketika emosi naik turun, itu semua adalah bagian dari pengalaman spiritual yang sah.

Menghormati tubuh adalah bagian dari menghormati ibadah itu sendiri. Dan bagi perempuan, menjaga diri adalah bentuk kesalehan yang tidak kalah penting dari thawaf dan sa’i.