TENTANGPUAN.com – Tidak semua luka tampak di permukaan. Beberapa tinggal diam di tubuh dan pikiran, menunggu waktu untuk muncul dalam bentuk yang bahkan tak selalu dikenali sebagai trauma.
Banyak perempuan, anak, atau siapa pun yang mengalami kekerasan, kehilangan, atau peristiwa mengancam, mengalami trauma respon atau reaksi alami tubuh dan pikiran saat berhadapan dengan pengalaman yang terlalu berat untuk ditanggung.
Namun, tidak semua orang memahami bahwa respon terhadap trauma bisa bermacam-macam, dan sering kali justru dianggap sebagai kelemahan, ketidakwajaran, atau “cari perhatian.” Kenyataannya, trauma punya cara sendiri untuk menampakkan diri.
Berikut beberapa bentuk trauma respon yang umum terjadi, namun sering tidak disadari:
1. Fight (Melawan)
Respon ini muncul ketika seseorang merasa harus “melawan” ancaman.
Dalam bentuknya yang sehat, ini bisa terlihat sebagai keberanian atau pembelaan diri. Namun, dalam konteks trauma, bisa jadi muncul sebagai ledakan emosi, mudah marah, gelisah, atau merasa terus-menerus diserang walau situasinya aman.
Orang dengan respon ini sering dianggap “emosional” atau “sulit diatur”, padahal ia sedang mencoba bertahan.
2. Flight (Melarikan Diri)
Bentuk ini membuat seseorang terus bergerak, sibuk, atau menghindari situasi tertentu.
Ia merasa tidak aman saat diam. Respon ini bisa muncul sebagai kecemasan berlebih, perfeksionisme, atau keinginan untuk selalu “produktif” karena diam berarti harus berhadapan dengan rasa sakit.
3. Freeze (Membeku)
Seseorang yang membeku bisa merasa terputus dari tubuh atau emosi, tak bisa bergerak atau merespons.
Ini bisa terlihat seperti kebingungan, diam berjam-jam, sulit mengambil keputusan, atau merasa “mati rasa.” D
alam dunia yang menuntut respons cepat dan sigap, orang seperti ini sering dianggap lamban atau tidak peduli, padahal ia sedang “membeku” untuk bertahan hidup.
4. Fawn (Menyenangkan Orang Lain)
Ini adalah bentuk respon yang jarang dibahas.
Seseorang dengan respon fawn cenderung menyenangkan orang lain secara berlebihan, takut menolak, sulit berkata tidak, dan selalu ingin terlihat “baik”.
Ia mengorbankan diri demi menjaga perdamaian. Ini sering dialami oleh penyintas kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual, yang merasa keselamatan tergantung dari membuat orang lain senang.
5. Tonic Immobility (Lumpuh Sementara)
Respon ini terjadi saat tubuh benar-benar tak bisa bergerak, bicara, atau bereaksi, meski sadar sepenuhnya. Ini adalah reaksi biologis yang sering terjadi pada korban kekerasan seksual.
Sayangnya, banyak korban disalahkan karena “tidak melawan”, padahal tubuh mereka mengalami respon otomatis yang tak bisa dikendalikan.
Trauma bukan kelemahan. Ia adalah bukti bahwa seseorang telah melalui sesuatu yang luar biasa berat, dan tubuhnya mencoba bertahan dengan cara terbaik yang ia bisa.
Mengenali bentuk-bentuk trauma respon ini adalah langkah penting untuk lebih berbelas kasih, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami respon-respon ini, tidak ada salahnya mencari bantuan profesional.
Penyembuhan bukan soal mempercepat atau melupakan, tapi memberi ruang untuk memahami bahwa semua bentuk respon adalah bentuk keberanian untuk bertahan hidup.