Dampak Pariwisata KEK Likupang terhadap Perempuan Lokal: Peluang dan Tantangan

Mariam Patilima, (Foto: TENTANGPUAN.com/Tri Deyna).
Mariam Patilima, (Foto: TENTANGPUAN.com/Tri Deyna).

TENTANGPUAN.com – Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, telah membuka peluang ekonomi baru bagi perempuan lokal. Melalui sektor pariwisata, banyak perempuan mulai terlibat dalam aktivitas ekonomi seperti pengelolaan homestay, pembuatan kerajinan tangan, dan usaha kuliner.

Namun, manfaat dari pengembangan ini tidak sepenuhnya dirasakan merata. Tantangan seperti akses terbatas terhadap modal, ketimpangan distribusi bantuan pemerintah, dan minimnya pelatihan masih menjadi penghalang bagi sebagian perempuan untuk memaksimalkan peluang tersebut.

Peluang Ekonomi yang Tercipta

Homestay menjadi salah satu peluang usaha yang banyak dimanfaatkan perempuan di Desa Pulisan, salah satu desa penyangga KEK Likupang. Bantuan pemerintah berupa peningkatan kualitas rumah swadaya untuk homestay telah memberi perempuan kesempatan untuk memiliki penghasilan tambahan.

“Homestay ini satu-satunya penghasilan utama sebagai ibu rumah tangga. Tapi kita pe harapan supaya wisata ini tambah maju, jadi ada lebih banyak tamu yang datang,” ujar Mariam Patilima (37), warga Desa Pulisan, pada 15 Desember 2024.

Selain homestay, usaha kuliner dan kerajinan lokal juga mulai berkembang, memberikan ruang bagi perempuan untuk berperan lebih besar dalam perekonomian desa.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun ada peluang, perempuan di Desa Pulisan masih menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah ketidakmerataan distribusi anggaran pembangunan homestay. Menurut Mariam, beberapa rumah layak huni justru menerima alokasi anggaran yang lebih besar dibanding rumah tidak layak huni yang menjadi prioritas program.

“Kita lihat ada yang dapat bantuan lebih besar, padahal rumahnya masih layak. Sedangkan yang benar-benar butuh justru tidak mendapat alokasi cukup,” tambahnya.

Selain itu, kurangnya wisatawan selama beberapa tahun terakhir menjadi tantangan lain. Banyak homestay kosong karena wisata di kawasan ini belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi COVID-19.

“Untuk sekarang sepi pengunjung di pante, jadi homestay pun ikut sepi. Harapannya kawasan ini cepat berkembang, supaya karyawan atau wisatawan bisa menginap dan ekonomi torang ikut berjalan,” tutup Mariam.

Harapan untuk Masa Depan

Perempuan lokal berharap adanya dukungan lebih dari pemerintah dan pengelola KEK Likupang, baik melalui promosi wisata yang lebih gencar maupun pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Pelatihan keterampilan, pendampingan usaha, serta akses ke modal usaha menjadi kebutuhan mendesak agar mereka dapat bersaing di tengah pengembangan kawasan wisata ini.

Pariwisata di KEK Likupang memang membawa peluang besar, namun diperlukan langkah nyata agar dampaknya benar-benar inklusif, terutama bagi perempuan lokal yang menjadi bagian penting dari komunitas tersebut.