TENTANGPUAN.com – Lurah Kotobangon, Kota Kotamobagu, Gika Ginoga, mengungkapkan bahwa makam bersejarah di wilayahnya, yang didalamnya ada makam Kartini Manoppo selama ini kurang terawat dan bahkan banyak warga yang belum mengetahui keberadaannya.
Menurutnya, kondisi ini baru disadari setelah ia menjabat sebagai Lurah Kotobangon pada 2022.
“Saya saja baru tahu ada kuburan itu saat menjadi lurah di sekitaran tahun 2022,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pemakaman tersebut tidak pernah terekspos sehingga keberadaannya menjadi kurang dikenal masyarakat.
Pemerintah Kelurahan Kotobangon, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, telah melakukan beberapa kali kerja bakti untuk membersihkan area makam, yang tercatat sudah dilakukan sebanyak tiga kali.
“Saat kita tahu ada beberapa makam yang penting, barulah kami pemerintah kelurahan Kotobangon melaksanakan kerja bakti untuk pembersihan lahan makam,” jelas Gika.
Namun, akses menuju makam ini juga menjadi tantangan karena berada di area tanah pribadi warga.
“Untuk akses jalan pertama itu ada harus melewati pekarangan atau tanah pribadi warga,” tambahnya.
Pemerintah telah berdiskusi dengan warga dan instansi terkait untuk menyediakan jalan sementara agar akses menuju makam menjadi lebih mudah.
Meski demikian, pemerintah kelurahan menyadari keterbatasan anggaran yang dimiliki. Gika berharap bahwa jika makam tersebut diresmikan sebagai objek budaya, perawatan dan insentif untuk pemeliharaan dapat lebih diprioritaskan.
“Kalo untuk kami pihak kelurahan, jika makam dijadikan objek budaya, akan lebih baik lagi untuk diperhatikan. Tapi kembali lagi persetujuan keluarga, kemudian insentif untuk pemeliharaan dan juga penjaga makam harus dipikirkan ke depan,” ungkapnya.
Saat ini, belum ada penjaga khusus yang merawat area makam tersebut karena makam tersebut belum tercatat sebagai cagar budaya.
“Anggarannya dari mana? Itu masuk dalam perkuburan keluarga,” kata Gika, menekankan bahwa perhatian utama saat ini adalah dari pihak keluarga untuk menjaga kelestarian makam tersebut.
Pemerintah Kelurahan Kotobangon berharap agar pihak keluarga berinisiatif dalam merawat dan memikirkan akses jalan ke makam demi menjaga keberadaannya sebagai bagian dari sejarah.
“Kami sudah sebisa mungkin dengan dinas terkait memikirkan yang baik ke depannya, tapi kembali lagi penyusunan anggarannya. Detailnya itu ada di dinas terkait, kami kelurahan hanya menunggu hasil,” pungkasnya.