TENTANGPUAN.COM – Kekerasan adalah tindakan yang sangat dilarang dilakukan kepada siapa saja. Efeknya yang tidak baik membuat banyak orang yang mengkampanyekan agar tidak melakukannya. Kekerasan juga bisa dialami siapa pun, termasuk anak-anak. Salah satu bentuk kekerasan yang jarang disadari orang tua dilakukan pada anaknya adalah kekerasan verbal.
Psikolog klinis Susan Heitler, Ph.D., mengatakan bahwa kekerasan verbal dapat berdampak pada kondisi mental anak. Tak hanya rasa takut, anak bisa mengembangkan perilaku buruk di masa depannya, Bunda.
“Ketika ini merusak kondisi mental anak, harga dirinya akan terkikis dan kebencian serta rasa takut akan tumbuh,” kata Heitler, dilansir Psychology Today.
Kekerasan verbal biasanya sulit untuk diidentifikasi seperti kekerasan seksual atau fisik. Padahal, kekerasan verbal sama berbahayanya seperti bentuk kekerasan yang lain.
Ketika pelaku kekerasan berubah menjadi penuh kasih dan lembut, korban biasanya mudah melupakan perilaku negatif yang dialaminya. Pada akhirnya, korban akan mengabaikan pola kekerasan verbal atau membuat alasan untuk perilaku buruk pelaku.
Dampak kekerasan verbal pada anak
Kekerasan verbal yang terus dialami anak bisa berdampak buruk untuk tumbuh kembangnya. Dikutip dari Mom Junction, berikut 3 dampak kekerasan verbal untuk anak:
Menimbulkan ketakutan dan depresi
Ucapan buruk yang disampaikan ke anak bisa jadi merupakan bentuk kekerasan verbal. Bila Si Kecil terus mengalaminya, dia bisa menjadi depresi dan menjauh dari lingkungan.
Mengembangkan kompleks inferioritas (inferiority complex)
Kompleks inferioritas (inferiority complex) yang bisa dialami anak korban kekerasan verbal adalah timbulnya rasa minder. Mereka akan menganggap dirinya tak berharga di mata orang lain.
Selalu merasa tidak percaya diri
Rasa percaya diri dibutuhkan anak untuk menghadapi dunia profesional. Anak yang mengalami kekerasan verbal cenderung depresi dan frustrasi, sehingga selalu merasa tidak percaya diri.
Bentuk kekerasan verbal perlu dipahami orang tua agar tidak berefek negatif ke anaknya. Orang tua yang menyadari ini lebih cepat, dapat memperbaiki sikapnya, Bunda.
Lalu apa saja bentuk kekerasan verbal ini ya?
Bentuk kekerasan verbal
Kekerasan verbal dapat berimbas pada semua aspek kehidupan anak, termasuk tumbuh kembang dan akademik di sekolah. Nah, mengutip Very Well Family, berikut 7 bentuk kekerasan verbal yang perlu diketahui agar tidak dilakukan pada buah hati:
Suka menyalahkan
Seringkali kita tidak sadar bahwa ucapan kita yang suka menyalahkan anak bisa berdampak buruk pada prestasinya. Kalimat suka menyalahkan dapat membuat anak percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kasar atau mereka lah sumber masalah.
Suka mengkritik
Kritik bisa berisi komentar kasar. Bila terus disampaikan ke anak, ini bisa membuatnya merasa buruk dengan diri sendiri. Kritik itu pentung, tapi harus yang membangun dan tidak menyakiti anak.
Gaslighting
Gaslighting adalah bentuk pelecehan emosional yang berbahaya, dan terkadang terselubung, di mana pelaku membuat korbannya mempertanyakan penilaian terhadap dirinya sendiri. Gaslighting bisa membuat anak cemas, merasa tidak berdaya, dan depresi.
Suka menilai
Seseorang yang suka menilai sama saja suka memandang rendah orang lain. Mereka cenderung tidak mau menerima sesuatu yang tidak sesuai harapan. Orangtua yang suka menilai biasanya memiliki harapan tidak realistis pada anaknya.
Sering memanggil dengan sebutan kasar
Kekerasan verbal pada anak bisa dimulai dari memberikan sebutan kasar seperti ‘bodoh’ atau ‘jelek’. Sebutan kasar ini sering dikatakan ketika marah, tidak suka, atau meremehkan. Meski tujuannya hanya menggoda, sebaiknya tidak dilakukan ya.
Mengucapkan kalimat ancaman
Ancaman sebagai kekerasan verbal dapat berupa menakut-nakuti, mengendalikan, dan memanipulasi anak agar patuh. Jangan pernah mengancam anak bila dia tidak menurut. Bunda sebaiknya beri pengertian supaya anak paham, buka diancam.
Kata-kata yang mengabaikan
Kata-kata penolakan seringkali membuat anak merasa buruk. Bentuk perilaku ini biasanya berupa penolakan untuk memberikan kasih sayang dan perhatian. Misalnya, berbicara dengan anak tanpa melihatnya matanya atau mengacuhkannya sedang berdiskusi.
Sumber: Haibunda.com