TENTANGPUAN.COM – Masyarakat Indonesia masih belum selesai dibuat bangga oleh Apriyani Rahayu dan Greysia Polli. Pasangan ganda putri Indonesia cabang olahraga bulutangkis ini sukses membawa nama Indonesia kepada kemenangan. Keduanya berhasil memenangkan dan membawa pulang medali emas pada final Olimpiade Tokyo 2020.
Gadis asal Sulawesi ini mengundang banyak perhatian dari banyak mata. Di balik kesuksesannya membawa medali emas dari Olimpiade Tokyo 2020, terdapat cerita haru Apriyani Rahayu sebelum berhasil menjadi atlet bulutangkis profesional.
Dari raket kayu, menjadi penjual sayur, hingga dihina pendek merupakan sebagian dari cerita Apriyani Rahayu semasa kecil. Berikut cerita dari juara cabor bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020 ini, dilansir dari merdeka.com.
Sempat Menjadi Penjual Sayur
Siapa sangka peraih medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020 ini pernah menjadi penjual sayur untuk membantu ekonomi keluarga. Apriyani yang berusia 23 tahun lahir dari keluarga asal Konawe, Sulawesi Tenggara, dari pasangan Sitti Jauhar dan Ameruddin.
Mendapatkan pendidikan dan kasih sayang tak terhingga dari kedua orangtuanya, Apriyani diajarkan untuk mandiri dan tahan banting. Ia sempat menjual sayuran untuk mendapatkan uang saku.
Ibundanya gemar menanam sayuran seperti cabai rawit, jagung dan yang lainnya di halaman belakang. Hal ini dimanfaatkan oleh Apriyani sebagai kesempatan untuk mendapatkan uang untuk jajan.
Cerita Raket Kayu
Gemar bermain bulutangkis sedari kecil, hobi Apriyani menjadi perhatian sang ayah. Ia biasa bermain bulutangkis bersama salah seorang tetangga di dekat rumahnya.
Ia juga sempat menggadai perhiasannya untuk membeli raket. Sayang, uangnya tak cukup untuk membeli raket yang ia inginkan.
Melihat kegigihan putrinya, sang Ayah pun akhirnya berinisiatif untuk membuatkan raket kayu untuk Apriyani. Sebab, pada saat itu orangtua Apriyani tak memiliki cukup uang untuk membelikannya raket.
Meskipun raketnya terbuat dari kayu, tak mematahkan semangat Apriyani dalam bermain bulutangkis. Dengan raket kayu dan kok yang hampir rusak, ia terus bermain bersama ayahnya.
Sempat Dihina Pendek
Dengan tekat dan kegigihan yang kuat, masih ada saja orang yang beranggapan negatif dengan Apriyani. Banyak orang yang tidak menyadari potensinya sempat menghina fisik perempuan ini. Hal ini lantaran ia dianggap tak cukup tinggi untuk menjadi atlet bulutangkis.
Meskipun disepelekan beberapa orang, ia tidak menggubris dan terus melangkah. Di tengah ledekan dan cacian yang datang padanya, ia tidak menyerah untuk mencapai mimpinya.
Dukungan yang terus mengalir dari keluarganya hingga sekarang mampu membawanya kepada kejuaraan. Mimpinya untuk menjadi atlet bulutangkis profesional membuatnya mampu untuk mengharumkan nama Indonesia menjelang hari kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sumbre: Fimela.com