Suara Perempuan untuk Perubahan, Amel Pilih Terus Berjuang

/
Camelia Mentu
Camelia Mentu (Sumber foto : facebook).

Tentangpuan.com – Tantangan dalam menghadapi perubahan di sekitar lingkungan kita kerap terjadi. Butuh keberanian yang cukup untuk bisa membuat seorang perempuan dapat bersuara dengan lantang.

Terutama jika perubahan-perubahan yang terjadi karena kebijakan dari kuasa yang besar. Tentu tak mudah, apalagi bagi perempuan yang berada di lingkaran sistem.

Adalah Camelia Mentu (31) perempuan yang lahir 16 Oktober 1989, yang memutuskan untuk tetap berjuang. Tak main-main, aksi perjuangan Amel, sapaan akrabnya, menarik banyak perhatian yang membuatnya sempat viral.

Amel berani melakukan protes terhadap kebijakan rumah sakit tempat dia bekerja sebagai tenaga harian lepas (THL). Setelah pihak rumah sakit diduga dengan sepihak merumahkan Amel dan puluhan rekan senasibnya, tanpa membayarkan gaji.

Dengan membawa beberapa lembar karton yang bertuliskan tuntutannya, Amel seorang diri mendatangi rumah sakit untuk melakukan protes.

Aksi protes tersebut menarik perhatian organisasi kemahasiswaan, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bolmong, yang belakangan turun langsung memberikan pendampingan.

“Kami akan mengawal kasus ini hingga akhir, termasuk juga akan berupaya untuk sama-sama membawa kasus ini ke Komisi 3, agar bisa dilakukan rapat dengar pendapat, dengan harapan ke depan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi,” kata Samsul, Wakil Ketua 1 PMII Cabang Bolmong, Samsul, Jumat,(16/04/2021).

Bersama pihak-pihak terkait, Amel dipanggil oleh Komisi 3 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotamobagu, untuk rapat dengar pendapat. Rapat itu menghasilkan beberapa keputusan yang berpihak pada THL.

“Kita bersepakat tidak ada pengurangan pun pergantian, apalagi pemecatan terhadap THL yang ada di RSUD Kotamobagu,” kata Wakil Ketua DPRD Kotamobagu, Syarif J Mokodongan, Rabu, (20/042021).

Buntut dari aksinya, sekarang Amel dan rekan yang lainnya bisa kembali bekerja. Dikontrak sebagai THL, dan menerima gaji yang sebelumnya tidak dibayarkan. Keberanian Amel telah membawa perubahan.

Memotivasi diri demi orang tersayang

Amel lahir dari buah cinta pasangan Jhon Mentu dan Henny Paputungan. Sebagai anak sulung, Amel memiliki tanggungjawab jadi teladan untuk adik lelaki semata wayangnya. Dalam hidup, Amel menjadikan sosok sang ayah sebagai panutan.

“Ayah saya bukan pegawai, bukan juga orang kaya. Namun, darinya saya banyak belajar tentang kerasnya hidup. Semangat dan kerja kerasnya dalam menghidupi keluarga tak pernah pudar. Bahkan mampu mengantar saya hingga selesai kuliah,” kata Amel kepada Tentangpuan.com, Senin, (27/04/2021).

Bagi alumni Akademi Kebidanan (Akbid) Bunda ini, tak ada pilihan lagi selain memotivasi diri sendiri. Menguatkan diri terutama sejak Syafii Ngurawan, almarhum suaminya meninggal dunia.

“Tetap semangat berjuang dalam melawan kerasnya hidup demi ketiga buah hati saya. Anak-anak yang membuat saya selalu semangat,” kata Amel.

Sebagai perempuan Amel menolak menyerah dan berani menyuarakan apa yang menjadi hak-haknya. Dengan harapan, bisa membawa dampak yang lebih baik bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

“Sebagai perempuan saya harus kuat, tidak boleh lemah apalagi menyerah, barangkali sikap itulah yang mendorong saya selama ini berani bersuara. Saya mengerti, anak-anak membutuhkan saya, membutuhkan contoh dari saya. Sebagaimana selama ini saya mencontahi ayah saya,” tutur Amel.

“Selain itu, saya percaya dengan tetap berjuang, Allah selalu melihat dan telah merencanakan yang terbaik untuk saya dan anak-anak,” ujar Amel.

Menjadi perempuan multi peran

Bekerja menjadi bidan THL di rumah sakit tak membuat Amel kehilangan perannya sebagai ibu sekaligus menjadi orangtua tunggal untuk ketiga anaknya.

Keberanian Amel turut memberi ruang dan peran dalam berpartisipasi pada perubahan. Tidak hanya untuk peran domestik tetapi menyertakan diri dalam proses perbaikan kesehatan pada tataran pembanguan.

“Tentu sebagai manusia, saya memiliki sisi lemahnya. Ada saat di mana saya merasa berada di titik terendah. Tapi sekali lagi saya harus bangkit ketika membayangkan anak-anak dan orangtua. Saya tidak ingin terlihat lemah, sebab saya yakin, sebagaimana manusia yang lain, saya juga mampu menjalankannya,” kata Amel.

Wulandari Mamonto, aktifis yang memberi perhatian terhadap isu-isu perempuan mengatakan, apa yang dilakukan Amel, dan perempuan lain yang berperan di ruang-ruang publik adalah sebagai suatu tindakan yang tidak bisa dipandang dari sisi humanisme belaka.

Namun, sebagai peran yang dilakukan oleh perempuan dalam kesertaannya di bidang pembangunan. Dan, merupakan tindakan dalam rangka mengangkat harkat serta kualitas dari perempuan itu sendiri.

“Keterlibatan perempuan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan. Suatu daerah atau bahkan negara secara umum, tidak mungkin sejahtera jika para perempuannya dibiarkan tertinggal, tersisihkan dan tertindas,” ujar Wulandari, Selasa, (27/04/2021).

Dirinya berharap, bisa lahir Amel- Amel yang lain demi pembangunan yang utuh dan menyeluruh menuntut peranan penuh dari kaum perempuan dalam segala bidang kehidupan.

“Bahwa perempuan baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber insan pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria dalam segenap kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan,” singkatnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.