Tangis dan Doa di Pelabuhan Manado Mengiringi Duka Usai Kebakaran KM Barcelona VA

Air mata Hanice Sarempaa belum kering sepenuhnya, mengisahkan kehilangan anak saat insiden KM Barcelona. (Foto: Indra Umbola/Zonautara.com).

TENTANGPUAN.com – Air mata Hanice Sarempaa belum juga kering. Ibu asal Bitunuris itu hanya bisa terdiam, menahan luka yang belum tersembuhkan sejak Minggu (20/7/2025), hari saat anaknya, Levi Aiba (18), hilang dalam insiden kebakaran Kapal Motor (KM) Barcelona VA di perairan antara Pulau Talise dan Pulau Gangga, Minahasa Utara.

Matanya sembab, raut wajahnya murung. Tangis rindu dan harapan masih menggema di ruang tunggu Pelabuhan Manado, tempat ia dan suaminya, Remi Aiba, bertahan dan menolak pulang.

Mereka menunggu kabar Levi, sang buah hati yang baru saja lulus SMA, yang belum ditemukan sejak terjun ke laut tanpa pelampung.

“Saya dan dia tidak menggunakan pelampung. Ibunya pakai,” ucap Remi dengan mata berkaca-kaca, mengenang detik-detik terakhir sebelum anaknya hilang.

Levi, kata Remi, hanya sempat memegang penutup cool box sebagai pelampung darurat sebelum akhirnya terpisah dari ayahnya.

Sejak itu, Remi dan istrinya memilih bertahan di ruang tunggu pelabuhan. “Kami datang ke Manado untuk ambil ijazah kelulusan anak kami,” katanya lirih.

Upaya evakuasi yang dilakukan petugas gabungan terhadap korban, (Foto: Zonautara.com).

Meski belum ada kabar keberadaan Levi, Remi masih menyimpan harapan. Ia berharap nelayan dan tim penyelamat terus menyisir pulau-pulau terdekat.

“Harus disisir sepanjang pulau. Bisa saja dia terdampar dan mengalami cidera,” katanya penuh harap.

Remi dan Hanice bukan satu-satunya keluarga yang berkabung. Pada Senin sore (21/7), suasana duka juga menyelimuti ruang tunggu Pelabuhan Manado saat tiga jenazah korban kebakaran KM Barcelona VA dilepas ke kampung halaman mereka di Talaud. Salah satunya adalah Juliana Humulung (40), seorang pasien rujukan yang sedang hamil.

Bupati Talaud, Welly Titah, turut hadir dalam ibadah pelepasan singkat jenazah yang kemudian diangkut kembali menuju Talaud.

“Ini adalah luka kita semua. Pemerintah daerah turut berbelasungkawa atas kejadian ini,” ujarnya dalam sambutan singkat.

Kebakaran maut itu terjadi pada Minggu siang sekitar pukul 12.00 WITA. KM Barcelona VA yang sedang dalam perjalanan dari Melonguane menuju Manado terbakar saat berada di sekitar Pulau Talise.

Api diduga berasal dari salah satu kamar penumpang saat jam makan siang, dan dengan cepat melahap sebagian besar kapal.

Wakil Gubernur Sulut Victor Mailangkay meninjau Pelabuhan Manado saat musibah terbakarnya KM Barcelona VA, Minggu 20/7/2025. (Foto: Zonautara.com/Yegar Sahaduta).

Ratusan penumpang panik. Beberapa sempat mengenakan pelampung, banyak pula yang terjun ke laut tanpa alat keselamatan. Untungnya, upaya evakuasi cepat dari tim gabungan bersama masyarakat pesisir dan nelayan berhasil menyelamatkan sebagian besar penumpang.

Namun, tidak semua berhasil diselamatkan. Tiga korban meninggal dunia telah teridentifikasi, sementara dua lainnya, termasuk Levi Aiba dan Hamen Langinang, masih dinyatakan hilang.

Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, yang turun langsung ke lokasi posko evakuasi menyatakan duka mendalam dan memastikan seluruh korban mendapat penanganan terbaik.

“Masyarakat Sulawesi Utara berdukacita atas peristiwa ini,” ujarnya.

Wakil Gubernur Victor Mailangkay pun meninjau langsung kondisi para korban selamat di Pelabuhan Manado, serta memastikan distribusi bantuan logistik, makanan, obat-obatan, hingga fasilitas kesehatan. Pendataan korban terus berlangsung, sementara tim SAR gabungan masih melakukan pencarian intensif.

Kini, Pelabuhan Manado menjadi saksi bisu duka para keluarga korban. Di tengah mereka yang sudah kembali ke rumah masing-masing, Remi dan Hanice tetap bertahan. Mereka menolak meninggalkan tempat itu sebelum menemukan anak mereka, hidup atau tidak.

“Kami akan bermalam di sini,” tegas Remi, mengunci harapannya pada malam dan gelombang yang belum mengembalikan Levi.