Kemiskinan di Kotamobagu Masih Fluktuatif, Tantangan Pengentasan Belum Tuntas

Ilustrasi MABM Kota Kotamobagu, (Generate by Cht Gpt).

TENTANGPUAN.com – Tingkat kemiskinan di Kota Kotamobagu dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang fluktuatif.

Meskipun sempat mengalami penurunan pada 2023, angka kemiskinan kembali meningkat di tahun 2024.

Fakta ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan di wilayah ini masih menghadapi tantangan serius dan rentan terhadap berbagai faktor yang memengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan data dari buku “Kotamobagu Dalam Angka 2025” yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kotamobagu, jumlah penduduk miskin pada tahun 2022 tercatat sebanyak 6,94 ribu jiwa.

Angka ini sempat menurun menjadi 6,82 ribu jiwa pada 2023, namun kembali meningkat menjadi 7,05 ribu jiwa di tahun 2024.

Tren yang serupa juga terlihat dalam persentase penduduk miskin. Pada tahun 2022, persentase penduduk miskin berada di angka 5,19%, lalu menurun menjadi 5,03% pada 2023. Namun, pada tahun 2024, angka tersebut kembali naik menjadi 5,12%.

Menurut definisi BPS, penduduk miskin adalah mereka yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Indikator ini mencakup pengeluaran untuk kebutuhan makanan maupun non-makanan dasar, seperti perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Kenaikan angka kemiskinan pada tahun 2024 setelah penurunan di tahun sebelumnya mencerminkan kondisi sosial ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.

Ketahanan ekonomi masyarakat, khususnya kelompok rentan, masih tergolong rapuh dan mudah terdampak oleh dinamika seperti inflasi, ketersediaan lapangan kerja, serta fluktuasi harga kebutuhan pokok.

Data ini juga memperlihatkan bahwa program dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang selama ini dijalankan masih perlu dievaluasi secara menyeluruh.

Intervensi yang telah dilakukan melalui bantuan sosial dan pemberdayaan ekonomi belum cukup efektif dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan, terutama bagi warga miskin yang hidup di batas garis kemiskinan.

Kondisi ini menegaskan pentingnya langkah terpadu dan berkelanjutan dari berbagai pihak dalam menangani persoalan kemiskinan.

Strategi yang adaptif, sensitif terhadap dinamika sosial ekonomi lokal, serta berpihak pada kelompok paling rentan sangat diperlukan agar upaya pengentasan kemiskinan tidak bersifat sementara, tetapi mampu menciptakan perubahan yang sistemik.

Dengan adanya data terbaru ini, tantangan ke depan bagi pembangunan sosial dan ekonomi di Kotamobagu adalah bagaimana memastikan bahwa angka kemiskinan tidak hanya turun secara statistik, tetapi juga mencerminkan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.