Merayakan Perempuan: Kenapa Penting dan Harus Terus Dilakukan

Perempuan Bebas
Ilustrasi, (Foto: Pixabay).

TENTANGPUAN.com – Perempuan bukan sekadar bagian dari kehidupan–mereka adalah fondasi dari banyak aspek sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik. Namun, hingga kini, perempuan di berbagai belahan dunia masih menghadapi ketimpangan, kekerasan, dan stigma yang mengakar.

Merayakan perempuan bukan hanya tentang memberi apresiasi, tetapi juga bentuk pengakuan atas perjuangan panjang mereka dalam menghadapi sistem yang tidak setara.

Lebih dari Seremoni, Ini Tentang Perubahan Struktural

Merayakan perempuan bukan sekadar momentum seremonial seperti Hari Perempuan Internasional atau Hari Ibu. Lebih dari itu, ini adalah momen untuk menyoroti isu-isu yang masih dihadapi perempuan hari ini.

Menurut Laporan Global Gender Gap 2023 dari World Economic Forum (WEF), dibutuhkan setidaknya 131 tahun untuk menutup kesenjangan gender secara global jika tidak ada upaya luar biasa.

Di Indonesia sendiri, meski indeks partisipasi perempuan dalam pendidikan meningkat, namun kesenjangan dalam hal ekonomi, kepemimpinan, dan upah masih signifikan.

Ketimpangan yang Masih Nyata

  • Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih lebih rendah (55%) dibanding laki-laki (83%).
  • Dalam laporan tahunan Komnas Perempuan 2023, tercatat lebih dari 339.782 kasus kekerasan terhadap perempuan, yang sebagian besar terjadi di ranah personal dan keluarga.
  • Riset UN Women menyatakan bahwa perempuan menghabiskan waktu 3 kali lebih banyak untuk kerja tidak dibayar (care work) dibanding laki-laki, yang berdampak pada kesempatan karier dan pendidikan mereka.

Mengangkat Suara-suara yang Terpinggirkan

Merayakan perempuan berarti membuka ruang bagi cerita-cerita mereka yang tak terdengar.

Cerita para ibu rumah tangga yang menjalankan ekonomi keluarga, perempuan petani di pelosok desa yang menjaga ketahanan pangan, aktivis yang menyuarakan hak asasi, hingga perempuan muda yang melawan stigma dalam pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Math).

Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), jika perempuan memiliki akses yang setara terhadap sumber daya pertanian, maka produksi pertanian bisa meningkat hingga 30%, cukup untuk mengurangi kelaparan hingga 150 juta orang di dunia.

Membangun Kesadaran Sejak Dini

Sebuah studi dari UNESCO menunjukkan bahwa pendidikan yang setara dan sensitif gender dapat membentuk cara pandang anak-anak terhadap kesetaraan.

Anak perempuan tumbuh dengan percaya diri, sementara anak laki-laki belajar untuk menghargai dan bekerja sama secara setara.

Dengan merayakan perempuan, kita mengirim pesan kepada generasi muda bahwa perempuan memiliki tempat, hak, dan potensi yang sama.

Ini adalah bentuk pencegahan kekerasan dan diskriminasi yang dimulai dari kesadaran sejak usia dini.

Kolaborasi: Kunci Ruang Aman untuk Perempuan

Merayakan perempuan juga harus disertai dengan komitmen kolektif untuk membangun ruang aman dan setara, baik di tempat kerja, rumah, sekolah, maupun ruang publik. Pemerintah, masyarakat sipil, media, dan individu semuanya memiliki peran.

Rekomendasi Komnas Perempuan (2023) antara lain: Mendorong keterlibatan laki-laki dalam kampanye kesetaraan gender. Integrasi pendidikan gender ke dalam kurikulum nasional. dan penguatan lembaga layanan bagi korban kekerasan.

Merayakan Perempuan Adalah Merayakan Kehidupan

Ketika kita merayakan perempuan, kita sedang merayakan kekuatan, ketahanan, dan harapan. Kita sedang memperjuangkan dunia yang lebih adil dan seimbang. Karena perempuan bukan sekadar pelengkap, mereka adalah pembentuk masa depan.

“Perempuan adalah rahim peradaban. Bila ia kuat dan dihargai, maka peradaban akan tumbuh dengan nilai-nilai kemanusiaan.”