Perjuangan Berneci Samade: Suara Perempuan dari Talaud di Tengah Derasnya Arus Pilkada

Berneci Samade saat mengangkat pakaian yang dijemur di pagar RSUP. Prof. Kandou, (Foto: Yegar Sahaduta).
Berneci Samade saat mengangkat pakaian yang dijemur di pagar RSUP. Prof. Kandou, (Foto: Yegar Sahaduta).

TENTANGPUAN.com – Di balik gemuruh politik tahapan Pilkada di Manado dan Sulawesi Utara (Sulut) secara umum, terselip kisah Berneci Samade, seorang perempuan dari Talaud yang berjuang keras menjaga keluarganya di RSUP Prof. Kandou Manado. Rumah sakit yang menjadi tempat Pemeriksaan Kesehatan bagi semua Bakal Calon Kepala Daerah di Sulut.

Dua penjaga pasien beristirahat di teras samping ruangan Iriana, RSUP Prof. Kandou sambil menunggu jadwal jaga di dalam ruangan pasien.

Sudah dua minggu Berneci, bersama tiga saudaranya, setia mendampingi pamannya yang sedang sakit, meski harus tidur beralaskan tikar di teras rumah sakit.

Perjalanan Berneci dari Talaud ke Manado tidak mudah. Dengan keterbatasan biaya, mereka harus menggunakan kapal laut dan menghadapi berbagai rintangan setelah tiba di rumah sakit.

Peraturan yang hanya mengizinkan satu orang penjaga per pasien memaksa mereka bergantian menjaga sang paman. Meski biaya perawatan telah dibantu oleh BPJS, pengeluaran sehari-hari tetap menjadi beban berat bagi mereka.

Perempuan dan Tantangan di Rumah Sakit: Menghadapi Larangan dan Keterbatasan

Sebagai perempuan, Berneci tidak hanya harus mengurus kebutuhan pamannya, tetapi juga menghadapi berbagai kesulitan lain di rumah sakit. Larangan menjemur pakaian di halaman rumah sakit menjadi salah satu tantangan besar. Meski telah mencuci baju di toilet, Berneci dan keluarga sering ditegur oleh petugas keamanan.

“Dulu pernah gantung pakaian buat jemur pakai tali, security yang kasih putus. Tidak boleh jemur katanya, karena aturan rumah sakit tidak boleh,” ungkap Berneci, Sabtu, 31 Agustus 2024.

Pakaian Berneci yang sedang di jemur di atas pagar dan bunga.

Saran untuk menggunakan jasa laundry pun tak bisa mereka penuhi karena terbatasnya biaya.

“Kami diminta suruh laundry, tidak boleh jemur baju. Jadi kami bilang, terus baru torang pe uang makan, baru ngoni suruh torang ba laundry, torang kan mengeluh karena torang pasien jauh, (Jadi kami katakan, lalu uang makan kami? Kalian minta kami laundry, kami mengeluah karena kami pasien dari jauh), ” keluhnya.

Harapan Perempuan di Tengah Hiruk-pikuk Pilkada: Pemimpin yang Peduli Rakyat Kecil

Dalam hiruk-pikuk Pilkada, Berneci berharap para calon kepala daerah mendengar suara rakyat kecil. Sebagai perempuan yang jauh dari pusat kota, ia mendambakan pemimpin yang benar-benar peduli dan menjalankan program yang memperhatikan kebutuhan masyarakat kecil.

“Program atau janji itu harus lihat juga masyarakat, jangan nanti tidak jalan itu semua,” katanya penuh harap.

Melinda Rumorong (kanan) bersama sepupunya (kiri).

Di sisi lain, Melinda Rumorong, seorang perempuan muda yang juga menjaga keluarganya di RSUP Kandou, memilih untuk tidak berkomentar mengenai isu politik.

Namun, pengalaman mereka di rumah sakit ini memberikan gambaran nyata tentang perjuangan yang harus dihadapi perempuan saat menjaga keluarga di tengah proses politik yang sedang berlangsung.

Leave a Reply

Your email address will not be published.